Cinta sebagai jangkar utama relasi antarpribadi itu dilangsungkan dan dibina. Cinta sebagai undangan yang dialamatkan kepada kita untuk dipenuhi setiap saat karena di dalamnya menjanjikan tergelarnya tindakan politik penuh kebajikan, ekonomi yang dikelola secara merata, hukum yang memberikan kepastian tegaknya keadilan.
Apalagi, dalam konteks agama cinta sudah sangat jelas merupakan substansi dari kepercayaan. Diturunkannya Nabi Muhammad adalah ”menebarkan cinta kasih kepada seru sekalian alam”. Nabi Isa terkenal sebagai pribadi kasih. Sidharta Gautama melepaskan seluruh kesenangan duniawi demimenyambut fajar kasih sayang. Rahmatan lil alamin memang diksi Al Quran, tetapi hakikatnya semua agama mengajarkan hal yang sama hanya menggunakan istilah berbeda.
Dalam bahasa Arab, cinta terangkum dalam kata hubb atau lebih populer lagi mahabbah. Hubb secara harfiah artinya biji. Dikatakan demikian sebab cinta merupakan biji dari agama. Inti kehidupan. Hakikat kebaktianseperti dengan sangat memukau tergambarkan dalam syair Rumi yang meneguhkan betapa ketika cinta melepuh hal ini sudah lebih dari cukup untuk menyeret bumi manusia ke tubir kehancuran mengerikan. Cinta adalah lautan tak bertepi/Langit hanyalah serpihan buih belaka/Ketahuilah langit berputar karena gelombang cinta: andai tak ada cinta dunia akan membeku
Kata Sang Nabi, ”Cintailah semua yang ada di bumi, engkau akan dicintai oleh yang ada di langit.” Atau, ”Tidaklah beriman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”
Kalau Rene Descartes dahulu menyerukan bahwa segala sesuatu harus disangsikan, maka bagi Hamlet ada pengecualian, yaitu cinta saperti dalam seruannya kepada Ophelia dalam dramanya William Shakespeare: Sangsikan bahwa bintang-bintang itu api/jangan begitu sajapercaya matahari itu bergerak/ kebenaran itu tak mustahil hanyaserpihan dusta/Tapi jangan ragukan cintaku.
Itulah cara menyikapi kebinekaan. Jika tidak, nasib kebinekaan sedang menuju ke arah gelap: sebuah arus balik yang tidak kita harapkan bersama.
Asep Salahudin
Wakil Rektor Bidang Akademik IAILM, Tasikmalaya; Ketua Lakpesdam; PWNU Jawa Barat
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 17 Mei 2017, di halaman 6 dengan judul "Arus Balik Kebinekaan".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.