ANAK sulung kasir pabrik gula, Widodo, lahir di Desa Kapaskamprung, timur Surabaya, pada 1 September 1927. Semasa remaja dia bercita-cita menjadi penerbang.
Bersama Soewoto Soekendar ia mendaftar masuk tentara sukarela Heiho di Jakarta. Baru tiga bulan mengikuti latihan, Jepang menyerah, kemerdekaan Indonesia diproklamasikan.
Selesai perang dan setelah tahun 1950 tamat SMA, Widodo berangkat ke Jakarta, ikut tes masuk Sekolah Penerbang AURI dan Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK).
Menurut Marsekal (Purn) Saleh Basarah, "Widodo sudah jadi kadet penerbang angkatan I di Pangkalan AURI Andir Bandung, tetapi kemudian pindah ke PTIK dan seterusnya merintis karier sebagai polisi."
Setelah meneliti log book dan menguji keterampilan terbang rekannya tersebut, KSAU Saleh Basarah menyematkan wing penerbang AURI kelas III kepada Widodo pada tahun 1975.
Menurut Widodo, polisi ideal adalah seperti di Inggris, bersikap correct, santun, dan selalu menolong.
"Oleh karena itu, polisi Inggris selalu dihormati dan dicintai masyarakat. Pedoman yang ditanamkan kepada mereka sangat sederhana, fight crime, help deliquent, dan love humanity."
Maka begitu dilantik menjadi Kepala Polri dalam usia 47 tahun, Widodo Budidarmo langsung melakukan analisis SWOT (strenghts, weaknesses, opportunity, threats) terhadap Polri yang jumlah personelnya saat itu sekitar 120.000 anggota.
Kendala yang dihadapi Polri bisa dia temukan: kualitas dan kuantitas SDM jelek, terbatasnya anggaran, peralatan dan kesejahteraan kacau, gaji sangat rendah, dan asrama tidak memadai.
Situasi tersebut sering mendorong polisi melakukan penyelewengan dan juga mengarah kepada penyalahgunaan wewenang.
Namun, Widodo tetap menegaskan, "apa pun alasannya, setiap bentuk penyelewengan polisi harus segera ditindak dengan tegas."
Widodo pernah menjabat Kepala Polda Jakarta (1970-1974) dan berhasil membentuk Tekab (Team Khusus Anti Bandit).
Semasa menjadi Kepala Polri (1974-1978) dia menggelar Operasi Guruh untuk memberantas aksi penyelundupan mobil, Operasi Guntur menertibkan orang asing, Operasi Badai untuk memberantas narkoba, Operasi Halilintar meringkus kejahatan bersenjata api dan melakukan Operasi 902 yang berhasil mengirim 70 gembong penyelundup diasingkan ke Nusakambangan.
Keberhasilan tugas di dalam negeri diimbangi kiprah di luar negeri. Tahun 1976, dalam sidang tahunan Interpol di Accra, Ghana, Widodo terpilih sebagai Wakil Presiden ICPO (International Criminal Police Organization).
Salah satu jabatan puncak internasional yang pernah dicapai anggota Polri itu dilepaskan tiga tahun kemudian, sesudah Widodo diangkat sebagai Duta Besar RI untuk Kanada.