Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: SBY Menganggap Politik Itu Panggung Pribadi

Kompas.com - 07/02/2017, 10:12 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Peneliti Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Indonesia, Arif Susanto, menilai, dalam sejumlah kesempatan, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono kurang memiliki kepekaan terhadap isu publik yang bersifat nasional kala menjadi Presiden keenam RI.

SBY cenderung melihat persoalan politik lebih pada persoalan pribadi.

“Artinya menganggap bahwa politik itu panggung pribadi, atau menempatkan persoalan publik itu sebagai persoalan pribadi,” kata Arif di Jakarta, Senin (6/2/2017).

Setidaknya, kata dia, hal itu terlihat ketika mantan anggota CIA, Edward Snowden, mengungkap adanya informasi terkait penyadapan Australia terhadap ponsel SBY.

Saat itu, SBY kurang memberikan reaksi atas penyadapan tersebut.

“Kapan SBY beraksi? Pada tahap berikutnya, (saat) menunjukkan bahwa yang disadap itu bukan hanya telepon genggam Pak SBY, tetapi juga telepon genggamnya Bu Ani (istri SBY),” kata dia.

Menurut Arif, sebagai Presiden, SBY saat itu seharusnya bereaksi keras ketika mengetahui dirinya disadap. Pasalnya, SBY merupakan kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan.

“Jadi mestinya kalau presiden disadap, itu persoalan publik, persoalan negara. Yang tersinggung kita semua warga negara Indonesia, seburuk apa pun presidennya. Sebab, itu sudah melampaui kedaulatan,” ujarnya.

“Tapi, kita punya presiden yang tersinggung hanya setelah sang istri disadap. Ada masalah dengan ini," lanjut dia.

Kurang pekanya SBY, imbuh Arif, juga terlihat ketika persoalan tenaga kerja Indonesia di luar negeri mencuat.

Saat itu, ada sejumlah TKI yang terancam hukuman mati di luar negeri. Pemerintah baru bereaksi setelah masyarakat memberikan empati dengan mengumpulkan koin untuk membayar uang tebusan agar para pahlawan devisa itu selamat.

“Mari kita bandingkan reaksinya keluarga ini, ketika beberapa pihak mulai menyinggung langkah kontroversial Mas Ibas. Lagi-lagi personal. Ini saya kurang paham bagaimana kita punya politikus yang take something personally,” kata dia.

Arif mengingatkan, setelah Pemilu 2014, Partai Demokrat secara tegas menyatakan bahwa mereka netral. Hal tersebut setidaknya ditunjukkan saat pembahasan revisi UU Pilkada di Parlemen.

Namun, sikap berbeda ketika Demokrat menghadapi Pilkada DKI 2017.

Seperti diketahui, putra SBY, Agus Harimurti Yudhoyono, saat ini tengah bertarung merebutkan kursi orang nomor satu di DKI Jakarta.

“Lalu SBY menganggapnya sebagai sesuatu yang luar biasa penting sehingga posisi Demokrat yang dalam pemilu selalu netral, hari ini mereka fight betul memperjuangkan AHY. Ini menunjukkan ada yang keliru, di mana politik itu persoalan publik, bukan personal,” tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kriminolog Nilai Penjudi Online Mesti Dipandang sebagai Pelaku Pidana

Kriminolog Nilai Penjudi Online Mesti Dipandang sebagai Pelaku Pidana

Nasional
Harun Masiku Nyaris Diringkus di 2021, tapi Gagal Akibat KPK Ribut Internal

Harun Masiku Nyaris Diringkus di 2021, tapi Gagal Akibat KPK Ribut Internal

Nasional
Satgas Pangan Polri Awasi Impor Gula yang Masuk ke Tanjung Priok Jelang Idul Adha 2024

Satgas Pangan Polri Awasi Impor Gula yang Masuk ke Tanjung Priok Jelang Idul Adha 2024

Nasional
Eks Penyidik KPK Curiga Harun Masiku Tak Akan Ditangkap, Cuma Jadi Bahan 'Bargain'

Eks Penyidik KPK Curiga Harun Masiku Tak Akan Ditangkap, Cuma Jadi Bahan "Bargain"

Nasional
Sosiolog: Penjudi Online Bisa Disebut Korban, tapi Tak Perlu Diberi Bansos

Sosiolog: Penjudi Online Bisa Disebut Korban, tapi Tak Perlu Diberi Bansos

Nasional
KPK Hampir Tangkap Harun Masiku yang Nyamar Jadi Guru di Luar Negeri, tapi Gagal karena TWK

KPK Hampir Tangkap Harun Masiku yang Nyamar Jadi Guru di Luar Negeri, tapi Gagal karena TWK

Nasional
Minta Kemenag Antisipasi Masalah Saat Puncak Haji, Timwas Haji DPR: Pekerjaan Kita Belum Selesai

Minta Kemenag Antisipasi Masalah Saat Puncak Haji, Timwas Haji DPR: Pekerjaan Kita Belum Selesai

Nasional
Timwas Haji DPR RI Minta Kemenag Pastikan Ketersediaan Air dan Prioritaskan Lansia Selama Puncak Haji

Timwas Haji DPR RI Minta Kemenag Pastikan Ketersediaan Air dan Prioritaskan Lansia Selama Puncak Haji

Nasional
Timwas Haji DPR Minta Oknum Travel Haji yang Rugikan Jemaah Diberi Sanksi Tegas

Timwas Haji DPR Minta Oknum Travel Haji yang Rugikan Jemaah Diberi Sanksi Tegas

Nasional
Kontroversi Usulan Bansos untuk 'Korban' Judi Online

Kontroversi Usulan Bansos untuk "Korban" Judi Online

Nasional
Tenda Haji Jemaah Indonesia di Arafah Sempit, Kemenag Diminta Beri Penjelasan

Tenda Haji Jemaah Indonesia di Arafah Sempit, Kemenag Diminta Beri Penjelasan

Nasional
MUI Minta Satgas Judi Online Bertindak Tanpa Pandang Bulu

MUI Minta Satgas Judi Online Bertindak Tanpa Pandang Bulu

Nasional
Tolak Wacana Penjudi Online Diberi Bansos, MUI: Berjudi Pilihan Hidup Pelaku

Tolak Wacana Penjudi Online Diberi Bansos, MUI: Berjudi Pilihan Hidup Pelaku

Nasional
MUI Keberatan Wacana Penjudi Online Diberi Bansos

MUI Keberatan Wacana Penjudi Online Diberi Bansos

Nasional
[POPULER NASIONAL] Menkopolhukam Pimpin Satgas Judi Online | PDI-P Minta KPK 'Gentle'

[POPULER NASIONAL] Menkopolhukam Pimpin Satgas Judi Online | PDI-P Minta KPK "Gentle"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com