JAKARTA, KOMPAS.com - Rusmiyati (60), lansia sebatang kara yang tewas akibat gubuknya mengalami kebakaran disebut selalu menolak bantuan warga RT 02/RW 07, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Padahal, sejumlah bantuan telah warga berikan mengingat Rusmiyati hidup di gubuk reyot tanpa aliran listrik dan air.
“(Warga) sering (kasih bantuan), peduli, mereka enggak cuek. Tapi, si ibu ini yang cuek. Dikasih ini dan itu enggak mau. Kalau warga mah peduli. Waktu dia sakit saja ada yang suapin,” ujar Ketua RT setempat, Marzuki, saat berbincang dengan Kompas.com, Sabtu (15/6/2024).
Khotib (46) yang tinggal dekat gubuk Rusmiyati ini pernah menawarkan seperangkat kabel agar rumah sederhana mendiang mempunyai penerangan. Kendati demikian, dia menolak.
“Bahkan saya beli online kabel satu roll, cuma dia enggak mau. Saya mah maksudnya biar dia ada lampu gitu, ditarik dari tempat saya. Cuma dia enggak mau,” kata Khotib kepada Kompas.com dalam kesempatan berbeda.
Dengan begitu, Khotib hanya bisa membuat keran di samping rumah. Tujuannya agar Rusmiyati lebih mudah mengambil air untuk keperluan sehari-hari.
Pada intinya, Khotib memastikan, dia dan warga yang lain sudah sering menawarkan bantuan kepada Rusmiyati. Namun, dia selalu menolak.
Baca juga: Lansia Sebatang Kara yang Tewas dalam Kebakaran di Pejaten Barat Bekerja Sebagai Pengemis
Untuk bertahan hidup, Rusmiyati mengandalkan uang dari hasil mengemis di pinggir jalan raya. Tidak sedikit warga justru melihat mendiang berkecukupan meski tinggal di gubuk reyot.
“Ya dari mengemis, tapi duitnya banyak. Istilahnya, hiduplah. Maksudnya, bisa bertahan. Soalnya enggak ada laporan, ‘wah, ini dia enggak makan’ enggak,” ungkap Marzuki.
“Justru dia membanggakan dirinya sendiri, ‘duit gue banyak’. Ya makanya istilahnya dia bisa hiduplah, enggak kekurangan, enggak kelaparan,” tambah Marzuki.
Beberapa waktu sebelum bulan Ramadhan 2024, Rusmiyati jatuh sakit.
Warga dan Marzuki yang mengetahui hal tersebut langsung menghubungi keponakan mendiang yang berada di Balaraja, Kabupaten Tangerang.
Baca juga: Sebatang Kara, Lansia yang Meninggal Terbakar Dalam Gubuk di Pejaten Hidup Tanpa Listrik dan Air
“Alhamdulillah, diurus dan dibawa ke rumahnya, Balaraja, Tangerang. Nah, dibawa ke sana, diobati, sehat lagi, dia kembali lagi ke sini,” ujar Marzuki.
“Enggak (diantar), pergi sendiri. Padahal sudah dilarang sama keluarganya. 'Sudah, enggak usah lagi ke Jakarta. Ngapain? Sudah enggak punya apa-apa'. Tapi balik lagi,” lanjutnya.
Jauh sebelum bertempat tinggal di gubuk reyot berukuran 2 x 1,5 meter itu, Rusmiyati hidup bersama suami di salah satu kontrakan yang ada di wilayah RT 02/RW 07 Kelurahan Pejaten Barat.