Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Budaya Tionghoa di Jakarta dan Cerita Gedung Candra Naya

Kompas.com - 25/01/2017, 07:18 WIB
Sheila Respati

Penulis

Pembangunan dimulai, namun alat berat tidak dapat masuk karena akses tertutup oleh dua paviliun di sayap kiri dan kanan rumah. Setelah izin pembangunan keluar, akhirnya diputuskan oleh pemerintah DKI Jakarta saat itu paviliun boleh dibongkar, asalkan dibangun kembali.

“Kami tim pemugaran Candra Naya dengan teliti menggambar bentuk bangunan tersebut, mendata bentuknya, isinya seperti apa, ornamennya, supaya dapat dibangun kembali dengan bentuk yang sama,” ujarnya.

Janji pembangunan kembali dua paviliun tersebut ditepati, namun di saat yang bersamaan terjadi krisis moneter. Keamanan negeri pun terganggu dan terjadilah kerusuhan Mei 1998.

“Yang punya rumah, ahli waris, melarikan diri. Baru 13 tahun kemudian proses pembangunan kembali bisa terselesaikan,” cerita Naniek.

Pada tahun 2006 pemilik rumah mendapat kesadaran penuh untuk memugar dan mengkonservasi rumah utama dan bangunan pelengkapnya. Proses pemugaran hingga tampilan rumah tersebut menjadi seperti saat ini selesai di tahun 2008.  

Refleksi kecerdasan Khouw Kim An

KOMPAS.com/SHEILA RESPATI Gedung Candra Naya sudah berusia ratusan tahun dan dulunya dimiliki seorang pengusaha China sukses, Khouw Kim An yang kemudian diangkat sebagai Mayor oleh pemerintah Hindia Belanda.
Ada sebuah pemandangan unik di area dalam rumah utama. Atap terbuat dari kaca dan menjadi akses utama cahaya matahari masuk ke dalam ruah.

Atap tersebut ternyata dibuat sejak rumah tersebut dibangun, bukan modifikasi modern yang dibuat oleh tim konservasi.

Atap dari kaca tersebut merupakan pengganti tian jin, atau sumur langit dalam istilah filosofi bangunan China.

Setiap rumah tapak dengan model arsitektur China memiliki tian jin, yaitu bagian terbuka pada atap yang menghubungkan area inner-court (dalam rumah) dengan udara luar.

“Di sini terlihat bahwa Khouw Kim An sudah sangat pandai memodifikasi filosofi bangunan China disesuaikan dengan kondisi iklim di Indonesia yang tropis dan hujannya tidak terkira. Atap tidak dibuat terbuka melainkan ditutup dengan atap kaca atau istilahnya dibuat menjadi skylight,” ucap Naniek.

Ia berasumsi, Khouw Kim An sudah memperkirakan jika atap dibuat terbuka, maka ketika hujan, ruang tengah yang menjadi lokasi aktivitas keluarga akan terguyur hujan. Aktivitas pun terganggu.

“Tetap ada kotakan terbuka tapi dibuat tertutup atap kaca,” kata Naniek.

Saksi bisu dua pergolakan politik

Rumah tersebut sebenarnya memiliki “saudara kembar”.  Ayah Khouw Kim An, yaitu Khouw Tian Sek sebenarnya membangun tiga rumah dengan struktur, bentuk, dan luas yang sama di Molenvliet West, nama area Gajah Mada pada masa kolonial Belanda, untuk ketiga anak laki-lakinya.

Namun saat ini hanya rumah milik Mayor Khouw Kim An saja yang tersisa. Dua rumah lainnya sempat dimanfaatkan sebagai Kedutaan Besar China dan sekolah SMA Negeri 2. Pada tahun 1965, pada saat terjadi G 30 S PKI terdapat gerakan anti Baperki, asosiasi dagang China. Dua rumah tersebut dihancurkan.

“Kalau ditanya mengapa hanya rumah Khouw Kim An yang tersisa? Jawabannya tidak tahu, barangkali Tuhan ingin rumah itu tetap bertahan sampai sekarang sehingga bisa jadi saksi sejarah,” kata Naniek.

Pada tahun 1998 ketika kerusuhan Mei 1998 bergejolak, rumah ini berada dalam tahap pemugaran dan konservasi yang ditangani oleh Tim Independen Pemugaran Candra Naya di bawah supervisi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta.

Tim pemugar sempat takut rumah tersebut menjadi sasaran massa dan material yang diselamatkan dari bangunan aslinya musnah .

“Saat itu gazebo yang bentuknya knock-down sudah terpasang tinggal didirikan saja. Kemudian kerusuhan dan bakar-bakaran terjadi. Saya sempat khawatir,” lanjutnya.

Namun akhirnya, rumah itu selamat dari amuk massa dan bisa dipugar hingga hasilnya bisa dinikmati warga Jakarta saat ini. Keberadaan gedung Candra Naya ini pun semakin menguatkan budaya Tiong Hoa yang sudah berabad-abad ada di Jakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com