JAKARTA, KOMPAS.com — Untuk kali kedua, Presiden Joko Widodo menegaskan kembali bahwa dirinya tidak melindungi Basuki Tjahaja Purnama dalam perkara dugaan penistaan agama.
Presiden Jokowi meminta polisi cepat, adil, dan transparan dalam mengusut perkara itu.
Setelah menyampaikan hal itu saat bertemu PP Muhammadiyah, Senin (7/11/2016) lalu, Presiden Jokowi menegaskan kembali hal itu saat mengundang sejumlah pimpinan organisasi kemasyarakatan Islam ke Istana Merdeka pada Rabu (9/11/2016) kemarin.
Ketua Jami'atul Wasliyah Yusmar Yusuf sebagai perwakilan 17 pimpinan ormas Islam yang hadir melihat keseriusan Presiden menyampaikan janjinya itu.
"Saya melihat mukanya (Presiden Jokowi) ketika bicara mengatakan akan adil. Itu serius. Kan ketahuan ya orang kalau bicara pura-pura. Enggak, dia serius. Keseriusannya tinggi," ujar Yusuf, seusai pertemuan.
(Baca: Kepada Jokowi, Pimpinan Ormas Islam Janji Tenangkan Umat)
Yusuf mengaku, pada awalnya ia setengah hati menemui Presiden.
Ia khawatir kehadirannya di Istana mencederai perasaan umatnya yang kecewa terhadap kelambanan pemerintah menangani perkara Basuki.
Namun, ketika mendapatkan penjelasan langsung dari Presiden, Yusuf mengaku akan meyesal jika tidak datang.
"Setelah datang kemari, kata kawan-kawan, ayo kita dengar penjelasan Presiden. Begitu saya lihat wajah Presiden, dalam Islam itu namanya tawadu, begitu ikhlas, ya sudah," ujar Yusuf.
Hal senada juga diungkapkan Ketua Parmusi Usamah Hisyam.
Ia mengatakan, komunikasi Presiden dengan para pimpinan ormas Islam sangat luar biasa.
Pasca-pertemuan ini, ia yakin tensi umat Islam yang sempat tinggi perlahan-lahan akan mereda.
"Luar biasa sekali cara komunikasi Bapak Presiden. Di luar dugaan bisa melakukan ini. Jadi meredam seluruh komponen masyarakat," ujar dia. Oleh sebab itu, Hisyam meminta umat Muslim tidak suuzan terhadap pemerintah terkait penanganan kasus Basuki.
(Baca: Bertemu Jokowi, Ormas Islam Sebut Negara Gaduh Hanya karena Ahok)