JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik dari UIN Syarief Hidayatullah Jakarta, Pangi Syarwi Chaniago menyesalkan sikap Presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang dinilainya menyindir dan memainkan simbol ketika mengkritik pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Menurut dia, sikap tersebut terlihat ketika SBY menggelar konferensi pers di kediamannya di Puri Cikeas, Bogor, Rabu (2/11/2016).
Pangi mengatakan, sikap yang ditunjukkan SBY tidak mencerminkan seorang negarawan.
"Sangat disayangkan sikap SBY yang memainkan simbol dan saling menyindir. Tentu tidak baik untuk pembangunan demokrasi dan Indonesia," ujar Pangi, ketika dihubungi Kompas.com, di Jakarta, Kamis (3/11/2016).
Menurut Pangi, akan lebih baik jika SBY melayangkan kritiknya secara langsung kepada Jokowi.
(Baca: "Gara-gara Reaksi SBY soal 4 November, Semua Jadi Tahu...")
Kritik langsung kepada pemerintah akan lebih efektif dibandingkan melalui sindiran dan simbol politik.
Apalagi, posisi SBY cukup diperhitungkan karena pernah menjabat sebagai Presiden RI selama dua periode.
"Daripada saling menyindir, lebih terlihat sebagai negarawan jika SBY bertemu Presiden Jokowi," kata Pangi.
Oleh karena itu, Pangi menyarankan SBY mencontoh sikap Prabowo Subianto, rival Jokowi saat Pilpres 2014.
(Baca: SBY: Info Intelijen Demo 4 November Digerakkan Parpol, Itu Fitnah dan Menghina)
Prabowo, kata dia, banyak memberikan kritik dan masukan kepada Jokowi secara langsung, terutama pada kasus-kasus besar.
Hal ini terlihat ketika terjadi kisruh antara Polri dan KPK pada 2015 silam.
Saat itu, Jokowi dan Prabowo mengadakan pertemuan pada 29 Januari 2015 di Istana Kepresidenan Bogor.
"Begitu juga kasus dugaan penistaan Ahok. Presiden juga meminta masukan dan saran dari Prabowo. Prabowo mau demi kemajuan NKRI," tambah Pangi.