Oleh: M SUBHAN SD
Pilkada DKI Jakarta barangkali perhelatan politik lokal paling gaduh dan heboh. Pada detik-detik terakhir pendaftaran bakal calon gubernur/wakil gubernur, Jumat (23/9), akhirnya Jakarta memiliki tiga kandidat, yang tiga-tiganya diusung partai politik.
Dua hari lalu deklarasi pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat yang diusung PDI-P, Nasdem, Hanura, Golkar bikin heboh.
Kemarin muncul dua bakal pasangan calon. Pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni diusung Partai Demokrat, PAN, PPP, dan PKB.
Pasangan lainnya adalah Anies Baswedan-Sandiaga Uno yang diusung Partai Gerindra dan PKS.
Selama ini, Pilkada DKI Jakarta selalu berputar-putar di sekitar gubernur petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Berbulan-bulan ia menjadi buah bibir. Sosoknya paling kontroversial. Mulutnya dianggap tidak terkontrol, blak-blakan, dan suka marah-marah.
Kelakukannya dinilai kurang santun. Dan, kebijakannya sebagai gubernur dipandang keras, misalnya suka gusur-menggusur.
Maka, ia banyak ditolak oleh berbagai kalangan. Sampai-sampai muncul isu SARA.
Namun, selama ini modal politiknya sangat bagus karena memiliki elektabilitas paling tinggi. Karena itu, banyak orang yang mendukungnya sampai mampu mengumpulkan 1 juta KTP saat persiapan menapaki jalur perseorangan.
Sampai-sampai orang parpol pun ikut marah dan menuding Ahok melakukan deparpolisasi.
Setelah tarik-ulur dan bikin heboh, akhirnya Ahok berlabuh ke parpol juga. Setelah cukup lama diusung Nasdem, Hanura, Golkar, akhirnya PDI-P mengumumkan pasangan Ahok-Djarot juga pada Selasa (20/9) lalu.
Hubungan Ahok dan PDI-P memang unik, seperti orang pacaran: panas-dingin, benci-rindu, putus-sambung.
Bukan main komunikasi politik antara Ahok dan politikus PDI-P. Pelaksana Tugas Ketua DPD PDI-P DKI Jakarta Bambang DH bahkan terlihat bersemangat membangun koalisi kekeluargaan dengan partai-partai lain.
Memperlihatkan sinyal tak akan mengusung Ahok. Seolah-olah hubungan benar-benar retak.