Namun, Ahok rupanya punya kartu truf, yaitu hubungannya dengan Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDI-P. Belakangan malah Bambang yang digeser.
PDI-P memang memutuskan mengusung Ahok, tetapi tidak sedikit politikus PDI-P yang tampaknya memendam rasa tak setuju.
Kini Ahok menghadapi lawan yang tangguh. Pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno mungkin utak-atik pasangan paling akhir, meskipun nama Anies sudah terdengar beberapa waktu lalu sesaat setelah dicopot dari kursi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat Presiden Joko Widodo melakukan perombakan kabinet, pada akhir Juli 2016.
Tidak sedikit warga kecewa saat Anies dicopot. Memang, Anies dikenal sebagai pemimpin muda yang santun, baik, dan bicaranya teratur.
Anies mungkin antitesis dari Ahok. Isu- isu yang berkembang, Anies dianggap sosok yang paling bisa menjadi kuda hitam untuk menantang Ahok karena sosok-sosok yang muncul dalam bursa pilkada sebelumnya dianggap tak mampu menandingi Ahok.
Tak heran, Anies pun dijadikan sebagai calon gubernur, menggeser posisi Sandiaga Uno yang cukup lama digadang-gadang. Sandiaga pun harus legawa untuk ”turun posisi” menjadi kandidat wakil gubernur.
Nama politikus PKS, Mardani Ali Sera, yang coba diembuskan sebagai kandidat wagub, langsung menguap. Semua itu tentu tak lepas dari restu Prabowo Subianto, Ketua Umum Gerindra.
Di seberang lain, ada pasangan Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni yang diusung Demokrat, PAN, PPP, PKB; setelah beberapa hari rapat maraton di kediaman Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono di Cikeas.
Ini cukup mengagetkan mengingat Agus selama ini tidak memiliki jejak politik. Ia adalah perwira menengah TNI, peraih Adhi Makayasa 2000, berpangkat mayor dan Komandan Batalyon Infanteri Mekanis 203/Arya Kemuning.
Pasangannya, Sylviana, adalah birokrat yang kini menjabat Deputi Gubernur bidang Kebudayaan dan Pariwisata di Pemprov DKI Jakarta. Kedua-duanya langsung berhenti dari posisinya saat ini.
Hanya pencalonan Agus dipandang dingin. Tidak sedikit yang meragukan pasangan ini unggul di pilkada. Para netizen menyayangkan pencalonan Agus.
Dia dianggap perwira militer yang memiliki karier bersinar di TNI. Sangat disayangkan kalau karier Agus terpotong.
Para netizen malah menuduh SBY dinilai memaksakan mencalonkan Agus. Namun, jika dihitung-hitung, karier di TNI juga masih terlalu panjang.
Tentu saja SBY memiliki prediksi dan kalkulasi politik yang jitu mengingat pengalamannya sebagai politikus senior sekaligus presiden dua periode.
Akhirnya, Pilkada DKI yang digelar pada 15 Februari 2017 memang menjadi pertarungan pasangan Ahok-Djarot, Anies-Sandiaga, Agus- Sylviana.
Mereka akan adu strategi, adu teknik, adu program, adu figur, adu dana. Namun, Pilkada DKI yang heboh ini tidak lepas dari pertarungan para politikus tua.
Ada tiga poros, yaitu Megawati (Teuku Umar), Prabowo (Kertanegara), Susilo Bambang Yudhoyono (Cikeas).
Kontestasi politik di antara mereka memang menarik. Poros-poros itulah yang tampaknya akan bertindak sebagai remote control.
Namun, siapa pun yang bertarung, pilkada bukan zero sum game, seperti Pilpres 2014. Pilkada adalah alat, bukan tujuan. Pilkada adalah gerbang pertama untuk mengabdi pada rakyat
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.