Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merdeka Dua Kali

Kompas.com - 13/08/2016, 22:59 WIB

Malaysia juga mengalami pembangunan besar-besaran semasa kepemimpinan otoriter Mahathir Mohamad (1981-2003). Namun, negeri itu masih termasuk negara berkembang dengan pendapatan domestik bruto (PDB) 9.557 dollar AS (peringkat ke-61) dan skor IPM 0,779 (peringkat ke-62).

Berbeda dengan Singapura, konstitusi Malaysia masih mengistimewakan kelompok tertentu. Bahkan, kini warga minoritas kian khawatir dengan progres legislasi yang diskriminatif.

Tambahan lagi, pemimpin bangsa didera isu megakorupsi (IPK Malaysia 50, peringkat ke-54). Untuk melindungi kepentingan penguasa, diberlakukan UU yang kian represif.

Apabila Singapura tidak merdeka untuk kedua kali, taraf kesejahteraan rakyatnya mungkin hanya seperlima dari sekarang. Tentu soalnya bukan berpisah dari Malaysia semata, juga bukan kecilnya negeri itu sehingga mudah diurus.

Bukankah salah urus terjadi di banyak daerah otonomi Indonesia? Kuncinya adalah kepemimpinan visioner dan kecakapan mengurus negara. Banyak negarawan kaya gagasan besar, tetapi tak cakap mengurus negara.

Seperti mekanik ahli, negarawan seharusnya menguasai seluk-beluk pemerintahan dan mampu mengefektifkan kerja mesin birokrasi.

Jalan kemerdekaan

Malaysia atau Singapura-kah acuan Indonesia? Secara kultural dan hitungan realistis tentunya Malaysia. Banyak sekali kemiripan antara Indonesia dan Malaysia sampai muncul masalah klaim warisan kultural.

Keduanya juga lebih kurang mewarisi masalah-masalah sosial yang sama terkait isu-isu primordial yang mengganggu kesatuan bangsa.

Indonesia juga pernah lama membangun di bawah kepemimpinan otoriter (1967-1998) dan kini PDB kita 3.362 dollar AS (peringkat ke-114), dengan IPM 0,684 (peringkat ke-110) dan IPK 36 (peringkat ke-88).

Berbeda dengan Malaysia, konstitusi Indonesia tidak mencantumkan hal-hal primordial, bahkan sesudah empat kali diamendemen.

Hanya saja, dalam praktiknya Indonesia memberikan perhatian lebih pada pencemaran nama baik (penguasa), tetapi toleran dengan ujaran kebencian dan diskriminasi terselubung dengan berlindung di balik otonomi daerah. Sering terjadi konflik sosial yang menggerus kesatuan bangsa.

Apabila Indonesia tidak zero tolerance terhadap intoleransi, capaian tertingginya paling-paling menyamai Malaysia. Itu pun tidak dalam waktu singkat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 18 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 18 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Polisi Temukan Bahan Peledak Saat Tangkap Terduga Teroris di Karawang

Polisi Temukan Bahan Peledak Saat Tangkap Terduga Teroris di Karawang

Nasional
Polisi Tangkap Satu Terduga Teroris Pendukung ISIS dalam Penggerebekan di Karawang

Polisi Tangkap Satu Terduga Teroris Pendukung ISIS dalam Penggerebekan di Karawang

Nasional
BPIP: Kristianie Paskibraka Terbaik Maluku Dicoret karena Tak Lolos Syarat Kesehatan

BPIP: Kristianie Paskibraka Terbaik Maluku Dicoret karena Tak Lolos Syarat Kesehatan

Nasional
Sekjen Tegaskan Anies Tetap Harus Ikuti Aturan Main meski Didukung PKB Jakarta Jadi Cagub

Sekjen Tegaskan Anies Tetap Harus Ikuti Aturan Main meski Didukung PKB Jakarta Jadi Cagub

Nasional
PKB Tak Resisten Jika Anies dan Kaesang Bersatu di Pilkada Jakarta

PKB Tak Resisten Jika Anies dan Kaesang Bersatu di Pilkada Jakarta

Nasional
Ditanya Soal Berpasangan dengan Kaesang, Anies: Lebih Penting Bahas Kampung Bayam

Ditanya Soal Berpasangan dengan Kaesang, Anies: Lebih Penting Bahas Kampung Bayam

Nasional
Ashabul Kahfi dan Arteria Dahlan Lakukan Klarifikasi Terkait Isu Penangkapan oleh Askar Saudi

Ashabul Kahfi dan Arteria Dahlan Lakukan Klarifikasi Terkait Isu Penangkapan oleh Askar Saudi

Nasional
Timwas Haji DPR Ingin Imigrasi Perketat Pengawasan untuk Cegah Visa Haji Ilegal

Timwas Haji DPR Ingin Imigrasi Perketat Pengawasan untuk Cegah Visa Haji Ilegal

Nasional
Selain Faktor Kemanusian, Fahira Idris Sebut Pancasila Jadi Dasar Dukungan Indonesia untuk Palestina

Selain Faktor Kemanusian, Fahira Idris Sebut Pancasila Jadi Dasar Dukungan Indonesia untuk Palestina

Nasional
Kritik Pengalihan Tambahan Kuota Haji Reguler ke ONH Plus, Timwas Haji DPR: Apa Dasar Hukumnya?

Kritik Pengalihan Tambahan Kuota Haji Reguler ke ONH Plus, Timwas Haji DPR: Apa Dasar Hukumnya?

Nasional
Pelaku Judi 'Online' Dinilai Bisa Aji Mumpung jika Dapat Bansos

Pelaku Judi "Online" Dinilai Bisa Aji Mumpung jika Dapat Bansos

Nasional
Kemenag: Pemberangkatan Selesai, 553 Kloter Jemaah Haji Indonesia Tiba di Arafah

Kemenag: Pemberangkatan Selesai, 553 Kloter Jemaah Haji Indonesia Tiba di Arafah

Nasional
Pengamat Sebut Wacana Anies-Kaesang Hanya 'Gimmick' PSI, Risikonya Besar

Pengamat Sebut Wacana Anies-Kaesang Hanya "Gimmick" PSI, Risikonya Besar

Nasional
Jelang Idul Adha 2024, Pertamina Patra Niaga Sigap Tambah Solar dan LPG 3 Kg

Jelang Idul Adha 2024, Pertamina Patra Niaga Sigap Tambah Solar dan LPG 3 Kg

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com