Singkat dan jelas. Meskipun sangat siap dan kesiapan itu terlihat dari teks yang dibacakan, Presiden Joko Widodo singkat saja saat memberi sambutan di Istana Negara, Jakarta, Rabu (13/7/2016).
Presiden Jokowi hanya menggunakan waktu empat menit untuk sambutan usai pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal Tito Karnavian.
Karena singkat, pesan dalam sambutan Presiden Jokowi kepada Tito menjadi jelas. Setelah memberi selamat dan menyampaikan tantangan Polri yang makin berat dan kompleks, Presiden Jokowi menekankan dua hal untuk dilakukan.
Pertama, menjaga persatuan, kekompakan, dan soliditas Polri sebagai pondasi kokoh dan kuat untuk menjalankan tugas yang diberikan negara.
Kedua, mereformasi Polri secara menyeluruh dan konsisten. Reformasi ini diharapkan tercermin dalan perubahan wajah pelayanan Polri kepada masyarakat, memberi kepastian hukum dan memenuhi rasa keadilan masyarakat, menjadi perekat keberagaman, dan bersinergi dengan institusi lain di pemerintahan untuk mewaspadai ancaman narkoba dan terorisme.
Pengangkatan Tito didasarkan pada surat Keputusan Presiden Nomor 48 Tahun 2016.
Bersamaan dengan pengangkatan Tito, Presiden Jokowi menaikkan pangkatnya dari komisaris jenderal menjadi jenderal. Tanda pangkat tiga bintang di pundak Tito dicopot lalu diganti tanda pangkat empat bintang oleh Presiden Jokowi.
Tanda dari Senior
Singkat dan jelasnya sambutan yang didahului pengambilan sumpah jabatan yang sakral memberi ruang lebih luas bagi cairnya suasana di Istana Negara. Selain Wakil Presiden Jusuf Kalla, para menteri dan pimpinan lembaga dan komisi negara, hadir Presiden ke-5 RI yang juga Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.
Kehadiran Megawati adalah tanda dukungan atas pilihan Presiden Jokowi mengangkat Tito. Kabar keteganan hubungan keduanya terkait pilihan untuk jabatan ini tertepis dengan kehadiran Megawati saat pelantikan Tito di Istana Negara.
(Baca: PDI-P Terkejut Jokowi Tunjuk Tito Karnavian sebagai Calon Kapolri)
Canda tawa itu diikuti perwira tinggi Polri lainnya yang berbaris di belakang Budi Gunawan. Di antara perwira tinggi Polri berpangkat komisaris jenderal dan berjumlah delapan, Tito adalah alumnus Akademi Polisi paling junior (1987).
Tidak hanya di antara perwira tinggi Polri, di antara enam kepala kepolisian daerah di Pulau Jawa, hanya Kepala Polda Banten Brigjen Ahmad Dofiri (Akpol 1989) yang merupakan yunior Tito.
Lima kepala polda lain di Pulau Jawa adalah senior Tito di Akpol. Mereka adalah Kepala Polda Metro Jaya Irjen Moechgiyarto (1986), Kepala Polda Jabar Irjen Bambang Waskito (1984), Kepala Polda Jateng Irjen Condro Kirono (1984), Kepala Polda Jatim Irjen Anton Setiadi (1983), Kepala Polda DI Yogyakarta Brigjen Prasta Wahyu Hidayat (1985).
Untuk posisi yang kurang nyaman ini, langkah Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti sebelum pelantikan Tito cukup strategis. Badrodin mengumpulkan dan meminta perwira tinggi Polri mendukung Tito. Badrodin juga mendampingi Tito saat uji kelayakan dan kepatutan di DPR. Badrodin yakin terhadap kemampuan Tito memimpin Polri.
(Baca: Tito Karnavian dan Langkah Mulusnya Menuju Trunojoyo-1...)
Meskipun cairnya hubungan senior dan yunior tergambar di Istana Negara dan upaya pemberian dukungan para senior kepada yunior diupayakan serta diberikan jaminan, Presiden Jokowi tetap merasa perlu memberi tekanan.
Tekanan itu disampaikan pertama-tama dalam sambutan singkat Presiden Jokowi. Polri akan punya pondasi kokoh dan kuat dalam menjalankan tugas yang diberikan negara jika bersatu, kompak dan solid.
Dicintai dan dipercaya
Posisi sebagai yunior disadari Tito. Karenanya, hormat kepada para senior menjadi prinsipnya. Sebagai perwujudan prinsip ini dan upayanya menjaga persatuan, kekompakan dan soliditas Polri, Budi Gunawan tetap menjadi Wakil Kepala Polri.
Bersama para seniornya itu, Tito hendak membangun Polri sebagai organisasi yang dicintai dan dipercaya masyarakat.
Seperti apa wujud organisasi yang dicintai dan dipercaya masyarakat? Tidak perlu jauh-jauh mencari, dari berbagai survei sejumlah lembaga, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah salah satu wujudnya.
(Baca: Survei: Kepercayaan Publik Terhadap Kepolisian dan Kejaksaan Rendah)
Kenapa KPK dicintai dan dipercaya masyarakat, banyak alasannya yang mengacu pada cara dan hasil kerja para penyidiknya. KPK mampu menjaga harapan masyarakat akan Indonesia yang lebih baik karena diberantasnya korupsi.
Sayangnya, untuk pemberantasan korupsi tidak disebut dalam sambutan Presiden Jokowi usai pengambilan sumpah Kepala Polri. Menjaga persatuan, kekompakan dan soliditas merupakan tantangan yang dilihat lebih nyata. Tidak disebutnya pemberantasan korupsi merupakan sinyal pemberian ruang bagi KPK untuk tugas-tugas ini.
Jika persatuan, kekompakan dan soliditas Polri mewujud, semoga didayagunakan untuk memberantas korupsi, bukan justru untuk melindungi. Usai dilantik, Tito telah memberi sinyal akan hal ini. Tak perlu ada sayembara berburu "kucing" di Polri.
(Baca: Tekan Budaya Koruptif, Tito Karnavian Akan Buat LHKPN bagi Polisi)
Sayembara berburu kucing
Anda mungkin bertanya-tanya soal sayembara berburu kucing. Meskipun informal sifatnya, sayembara berburu kucing pernah digalakkan di lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta pada periode 2004-2009.
Gangguan kucing yang umumnya gemuk dan malas di Istana adalah teracak-acaknya sejumlah ruangan berisi sejumlah dokumen. Sementara salah satu gangguan tikus adalah terputusnya kabel pelantang yang digunakan Presiden untuk rapat kabinet.
Kucing di Istana tidak memburu tikus untuk mendapat makanan dan menjadi gemuk. Tikus juga tidak terancam dengan melimpahnya populasi kucing di Istana. Banyaknya sisa makanan lantaran kerap digelarnya jamuan adalah salah satu sebabnya.
Untuk mengurangi gangguan kucing, dibuatlah sayembara berburu kucing di Istana. Sementara untuk menangkap tikus, bagian rumah tangga Istana menyewa jasa pemberantas tikus dari luar negeri.
Penyedia jasa pemberantas tikus di Istana dipercaya dan dicintai karena membawa hasil nyata. Kucing-kucing gemuk yang tidak berminat memangsa tikus yang mengganggu lantas diburu dan ditangkapi.
Sayembara berburu kucing ini cerita di Istana. Tak perlu ada sayembara berburu "kucing" di Polri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.