Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendudukan Gedung DPR Mei 1998 dalam Ingatan Taufik Basari

Kompas.com - 21/05/2016, 18:11 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Aktivis mahasiswa Universitas Indonesia di era reformasi, Taufik Basari, mengenang masa-masa pendudukan Dewan Perwakilan Rakyat pada Mei 1998.

Bagi Tobas, sapaan Taufik Basari, pendudukan DPR yang tidak pernah diduga akan terjadi, berakibat pada perubahan arah Indonesia.

Tobas mengatakan, ide awal pendudukan DPR bukan berasal dari mahasiswa UI. Menurut dia, UI termasuk yang terlambat untuk bergabung ke DPR.

“Kayaknya itu ide awalnya Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Se-Jakarta (FKSMJ). Hal yang juga terpikir oleh temen-teman Forum Kota (Forkot). Yang jelas bukan UI awalnya,” ucap Tobas saat ditemui di kawasan Menteng, Jakarta (20/5/2016).

Tobas menuturkan, pendudukan DPR terjadi sejak tanggal 18 Mei 1998. Adian Napitupulu bersama Forkot datang dari pintu depan DPR. Sedangkan FKSMJ datang dari pintu belakang DPR.

(baca: Pendudukan Gedung DPR MPR, Puncak Protes Rakyat yang Jatuhkan Soeharto)

Menurut Tobas, hanya sekitara 200-300 mahasiswa yang datang kali pertama ke DPR. Dengan terorganisir atau terpencar, mahasiswa berdatangan setelah mengetahui kabar pendudukan DPR.

KOMPAS.com/Abba Gabrillin Praktisi hukum Taufik Basari, saat ditemui di Kantor LBH Jakarta, Kamis (12/3/2015).
Adanya kesimpangsiuran isu dan sulitnya komunikasi, mahasiswa UI memutuskan mengirim perwakilannya untuk mengetahui situasi di DPR.

Dari Depok, mahasiswa UI menunggu kejelasan kabar pendudukan.

“Beberapa kelompok termasuk saya sudah tak sabar. Akhirnya kami rapat terakhir dengan agenda merencanakan situasi terburuk untuk evekuasi. Masing-masing fakultas dibekali presentasi untuk jalur evakuasi,” ucap Tobas.

Mahasiswa pun meminta kepada pihak rektorat untuk menyediakan bis kuning. Bis umum juga disewa dengan cara urunan untuk tambahan armada ke DPR.

(baca: Cerita Wiranto soal Inpres Soeharto yang Tak Dipakai untuk Kudeta)

Tobas tak menyangka jalan di Jakarta akan sepi. Ia mengira akan terjadi bentrok dengan militer. Bahkan, ia melihat sambutan luar biasa yang diberikan masyarakat.

Sesampainya di kompleks Parlemen Senayan, anggota Dewan sudah meninggalkan DPR. Tobas sempat bertemu dengan Eki Syachrudin, anggota DPR Fraksi Golkar.

“Dia termasuk yang kritis. Dia berani temuin mahasiswa. Dia bilang ini (Presiden Soeharto) memang harus turun,” tutur Tobas.

Tobas bersama Kesatuan Aksi Keluarga Besar UI (KBUI) menginap di DPR. Saat itu, alat komunikasi satu-satunya adalah car call, alat pemanggil yang terdengar ke seluruh ruangan.

(baca: Kokangan Senjata dan Ketegangan Mei '98 dalam Kenangan Adian Napitupulu)

Mahasiswa menjelajahi berbagai ruangan di DPR. Mereka memilih tempat yang nyaman untuk tidur. Namun, malam ternyata tak bisa membuat tenang. Terkadang mahasiswa dipaksa siaga dari tidurnya untuk bersiap menghadapi situasi tak terkendali.

“Malem-malam tiba-tiba kita dibangunin ‘diserbu... diserbu...’ pada bangun semua. Ternyata bukan. Beberapa kali begitu. Jadi memang ada tentara lain yang lewat. Yang depan laporan jadi parno lah. Karena semuanya membayangkan Tiananmen. Kita bertahan sewaktu-waktu kita disuruh keluar,” kata Tobas.

Salah satu yang diingat Tobas saat menginap di DPR adalah apresiasi dari masyarakat. Masyarakat mengirimkan berbagai makanan dan obat untuk para mahasiswa. Saat itu, Tobas bahkan bisa memilih makanan yang ada.

Pada 19 Mei malam, Tobas mendengar kabar bahwa Amien Rais akan melakukan aksi di Monumen Nasional (Monas). Akhirnya, aksi tersebut dibatalkan karena Wiranto selaku Menhankam/Panglima ABRI mengancam tak akan membiarkan massa memasuki Monas.

Akhirnya, pada 21 Mei 1998, Soeharto mengumumkan berhenti sebagai Presiden. Mahasiswa di DPR mendapat kabar tersebut dari siaran televisi.

(baca: Kisah Wiranto Cegah "Pengadilan Rakyat" Terhadap Soeharto dan Keluarga)

Kegembiraan mencuat. Beberapa mahasiswa berlari-lari mengitari lapangan parkir. Sebagian lain tetap meneruskan orasi.

Ada pula yang berenang di kolam dekat pintu depan DPR. Setelah itu, sebagian mahasiswa menganggap pergerakan mereka telah selesai.

Sebagian lainnya, menganggap militer masih berkuasa dan perubahan di pemerintah belum terjadi.

Tobas bersama KBUI pulang untuk kembali merumuskan pergerakan selanjutkan. Rangkaian aksi mahasiswa terus terjadi, diantaranya pada Semanggi I dan Semanggi II.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

GASPOL! Hari Ini: Eks Ajudan Prabowo Siap Tempur di Jawa Tengah

GASPOL! Hari Ini: Eks Ajudan Prabowo Siap Tempur di Jawa Tengah

Nasional
Mengintip Kecanggihan Kapal Perang Perancis FREMM Bretagne D655 yang Bersandar di Jakarta

Mengintip Kecanggihan Kapal Perang Perancis FREMM Bretagne D655 yang Bersandar di Jakarta

Nasional
Selain Rakernas, PDI-P Buka Kemungkinan Tetapkan Sikap Politik terhadap Pemerintah Saat Kongres Partai

Selain Rakernas, PDI-P Buka Kemungkinan Tetapkan Sikap Politik terhadap Pemerintah Saat Kongres Partai

Nasional
Korban Dugaan Asusila Sempat Konfrontasi Ketua KPU saat Sidang DKPP

Korban Dugaan Asusila Sempat Konfrontasi Ketua KPU saat Sidang DKPP

Nasional
Covid-19 di Singapura Naik, Imunitas Warga RI Diyakini Kuat

Covid-19 di Singapura Naik, Imunitas Warga RI Diyakini Kuat

Nasional
WWF 2024 Jadi Komitmen dan Aksi Nyata Pertamina Kelola Keberlangsungan Air

WWF 2024 Jadi Komitmen dan Aksi Nyata Pertamina Kelola Keberlangsungan Air

Nasional
Menhub Targetkan Bandara VVIP IKN Beroperasi 1 Agustus 2024

Menhub Targetkan Bandara VVIP IKN Beroperasi 1 Agustus 2024

Nasional
Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Sempat Ditangani Psikolog saat Sidang

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Sempat Ditangani Psikolog saat Sidang

Nasional
Polri: Kepolisian Thailand Akan Proses TPPU Istri Fredy Pratama

Polri: Kepolisian Thailand Akan Proses TPPU Istri Fredy Pratama

Nasional
Polri dan Kepolisian Thailand Sepakat Buru Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polri dan Kepolisian Thailand Sepakat Buru Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Lewat Ajudannya, SYL Minta Anak Buahnya di Kementan Sediakan Mobil Negara Dipakai Cucunya

Lewat Ajudannya, SYL Minta Anak Buahnya di Kementan Sediakan Mobil Negara Dipakai Cucunya

Nasional
KPK Duga Eks Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin Terima Fasilitas di Rutan Usai Bayar Pungli

KPK Duga Eks Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin Terima Fasilitas di Rutan Usai Bayar Pungli

Nasional
Desta Batal Hadir Sidang Perdana Dugaan Asusila Ketua KPU

Desta Batal Hadir Sidang Perdana Dugaan Asusila Ketua KPU

Nasional
Soal Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura, Kemenkes Sebut Skrining Ketat Tak Dilakukan Sementara Ini

Soal Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura, Kemenkes Sebut Skrining Ketat Tak Dilakukan Sementara Ini

Nasional
DKPP Akan Panggil Sekjen KPU soal Hasyim Asy'ari Pakai Fasilitas Jabatan untuk Goda PPLN

DKPP Akan Panggil Sekjen KPU soal Hasyim Asy'ari Pakai Fasilitas Jabatan untuk Goda PPLN

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com