Apa sebabnya?
Kiai Asyari bertahun-tahun lalu telah menjawab pertanyaan Nico Prucha itu. Dengan landasan berpikir yang ramah dengan budaya dan kearifan lokal, NU menawarkan dialog yang saling menerima dan terbuka.
Tanah Air diterima sebagai bagian integral dari perjuangan keislaman. Nusantara bukan hanya sebuah konsep lokasi, ia menjadi sebuah titik pandang.
"Cinta Tanah Air adalah bagian dari iman," demikian Kiai Said menyitir kembali ungkapan pendiri NU tersebut.
Oleh karena itu, dalam 16 poin yang menjadi hasil dari konferensi Islam moderat itu, NU tidak hendak memaksakan Islam Nusantara ke negara Islam lain.
"NU tidak bermaksud mendiktekan Islam Nusantara kepada negara Islam lainnya. Namun, NU menawarkan Islam Nusantara ini sebagai wawasan dan perspektif baru yang bisa diteladani negara Islam untuk mewujudkan Islam yang damai," ujarnya.
Islam Nusantara yang mengakomodasi budaya serta ramah dan terbuka pada pandangan yang lain, menurut NU, adalah obat bagi penyakit radikalisme dan terorisme yang saat ini acap kali dikait-kaitkan dengan Islam.
Lebih dari itu, dalam konteks kebangsaan dan kenegaraan, negara-negara Islam di dunia sebaiknya mulai memikirkan untuk membangun harmoni antara Islam dan kebangsaan sebagaimana dilakukan NU di Indonesia.
"Negara Islam akan hancur jika mereka terus mempertentangkan antara agama dan kebangsaan. Barang siapa tidak punya Tanah Air, ia tidak punya sejarah. Barang siapa tidak punya sejarah, ia akan dilupakan," ujar Kiai Said.
Hasil konferensi ISOMIL itu diharapkan bisa melahirkan inspirasi baru bagi negara-negara Islam di dunia dalam mewujudkan perdamaian dunia. Kelak, semoga saja waktu akan mengenang Islam Nusantara sebagai kontribusi Indonesia bagi perdamaian dunia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.