Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Islam Nusantara, Islam Damai untuk Dunia

Kompas.com - 13/05/2016, 11:39 WIB

Wayang yang merupakan budaya Hindu menjadi sarana dakwah Islam. Begitu juga dengan musik, tari-tarian, sampai nyanyian kanak-kanak.

"Semua pesantren NU jika ditelusuri, pasti punya kaitan genealogis dengan wali sanga. Jika penelusuran itu tidak sampai pada wali sanga, itu bukan pesantren NU," ujar Abdul Ghaffar Rozin, Ketua Asosiasi Pesantren NU.

Oleh karena itu, pola pendidikan dan dakwah yang dikembangkan di dalam pesantren NU sangat mengakomodasi seni budaya dan kearifan lokal masyarakat sekitar sebagaimana diwariskan wali sanga.

Santri lulusan pesantren NU tidak anti budaya dan karena itu relatif toleran. Sebab, mereka dibekali pemahaman bahwa budaya yang berbeda-beda adalah kenyataan sekaligus bagian dari keunikan Tanah Air yang harus dijaga.

Perbedaan tafsir

Namun, tidak semata-mata akomodasi budaya. Islam Nusantara juga merupakan hasil dialog antarbudaya, seperti diungkapkan Kiai Said dalam kutipan biografinya di atas.

Teks utama Islam yang berasal dari kultur Arab dipertemukan dengan realitas Nusantara yang multikultur. Ada Persia, Cina, Arab, Jawa, Melayu, Madura, Aceh, dan sebagainya.

Ahli hermeneutik dan semiotik (ilmu bahasa, simbol, dan teks) dari Jerman, Hans-Georg Gadamer, menyebutkan, interpretasi atas teks tidak pernah beku.

Ketika teks sudah diproduksi dan dibaca pembaca, pemahaman atas teks itu melahirkan suatu pemahaman baru yang merupakan hasil dialog antara teks dan pembaca.

Contoh praktisnya, teks Al Quran yang dibaca orang Indonesia bisa jadi berbeda maknanya ketika teks yang sama dibaca orang Eropa atau Amerika Serikat.

"Pemahaman atas teks tak pernah lepas dari konteks," demikian Gadamer mengatakan.

Dalam kaitannya dengan paham Islam damai dan toleran oleh NU, Abdul Halim yang menulis Aswaja Politisi Nahdlatul Ulama: Perspektif Hermeneutika Gadamer (2014) menguatkan pandangan itu.

Konteks pembaca yang berbeda melahirkan tafsir yang berbeda atas Al Quran dan hadis. Mengapa? Sebab, manusia pembacanya berasal dari kultur, sejarah, karakter, bahkan motivasi yang berbeda.

Perbedaan itu menyumbang pada hasil dialog atas teks yang berbeda pula. Tafsir atas teks menjadi berbeda.

Dengan kerangka berpikir itu, bisa dipahami mengapa Nico Prucha, peneliti soal Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS), di dalam konferensi ISOMIL lalu tak habis pikir bagaimana mungkin sebuah teks yang sama bisa dipahami berbeda.

Peneliti dari University of Vienna, Austria, itu menampilkan video-video kekerasan ISIS yang disertai dengan ayat-ayat Al Quran. Namun, hal semacam itu tidak ditemui di Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Zulhas dan Elite PAN Temui Jokowi di Istana, Mengaku Tak Bahas Kursi Kabinet

Zulhas dan Elite PAN Temui Jokowi di Istana, Mengaku Tak Bahas Kursi Kabinet

Nasional
Demokrat Tak Khawatir Jatah Kursi Menteri, Sebut Prabowo Kerap Diskusi dengan SBY

Demokrat Tak Khawatir Jatah Kursi Menteri, Sebut Prabowo Kerap Diskusi dengan SBY

Nasional
PAN Lempar Kode soal Jatah Menteri, Demokrat: Prabowo yang Punya Hak Prerogatif

PAN Lempar Kode soal Jatah Menteri, Demokrat: Prabowo yang Punya Hak Prerogatif

Nasional
Zulhas Bawa 38 DPW PAN Temui Jokowi: Orang Daerah Belum Pernah ke Istana, Pengen Foto

Zulhas Bawa 38 DPW PAN Temui Jokowi: Orang Daerah Belum Pernah ke Istana, Pengen Foto

Nasional
Golkar, PAN dan Demokrat Sepakat Koalisi di Pilkada Kabupaten Bogor

Golkar, PAN dan Demokrat Sepakat Koalisi di Pilkada Kabupaten Bogor

Nasional
Ajakan Kerja Sama Prabowo Disebut Buat Membangun Kesepahaman

Ajakan Kerja Sama Prabowo Disebut Buat Membangun Kesepahaman

Nasional
Kubu Prabowo Ungkap Dirangkul Tak Berarti Masuk Kabinet

Kubu Prabowo Ungkap Dirangkul Tak Berarti Masuk Kabinet

Nasional
Pusat Penerbangan TNI AL Akan Pindahkan 6 Pesawat ke Tanjung Pinang, Termasuk Heli Anti-kapal Selam

Pusat Penerbangan TNI AL Akan Pindahkan 6 Pesawat ke Tanjung Pinang, Termasuk Heli Anti-kapal Selam

Nasional
Duet Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim Baru Disetujui Demokrat, Gerindra-Golkar-PAN Belum

Duet Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim Baru Disetujui Demokrat, Gerindra-Golkar-PAN Belum

Nasional
Panglima TNI Kunjungi Markas Pasukan Khusus AD Australia di Perth

Panglima TNI Kunjungi Markas Pasukan Khusus AD Australia di Perth

Nasional
Spesifikasi Rudal Exocet MM40 dan C-802 yang Ditembakkan TNI AL saat Latihan di Bali

Spesifikasi Rudal Exocet MM40 dan C-802 yang Ditembakkan TNI AL saat Latihan di Bali

Nasional
Dubes Palestina Yakin Dukungan Indonesia Tak Berubah Saat Prabowo Dilantik Jadi Presiden

Dubes Palestina Yakin Dukungan Indonesia Tak Berubah Saat Prabowo Dilantik Jadi Presiden

Nasional
Gambarkan Kondisi Terkini Gaza, Dubes Palestina: Hancur Lebur karena Israel

Gambarkan Kondisi Terkini Gaza, Dubes Palestina: Hancur Lebur karena Israel

Nasional
Ada Isu Kemensos Digabung KemenPPPA, Khofifah Menolak: Urusan Perempuan-Anak Tidak Sederhana

Ada Isu Kemensos Digabung KemenPPPA, Khofifah Menolak: Urusan Perempuan-Anak Tidak Sederhana

Nasional
DPR Disebut Dapat KIP Kuliah, Anggota Komisi X: Itu Hanya Metode Distribusi

DPR Disebut Dapat KIP Kuliah, Anggota Komisi X: Itu Hanya Metode Distribusi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com