Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tarian "Moonwalk" ala Beringin

Kompas.com - 26/04/2016, 05:20 WIB

Pertama, pada rapat pleno panitia pengarah munas, Selasa (5/4), jadwal itu mundur sampai 7 Mei. Tak bertahan lama, rapat pleno panitia pengarah berikutnya, Rabu (13/4), kembali mengundur penyelenggaraan sampai 17 Mei.

Alasannya, Golkar menunggu Surat Keputusan Ke-menkumham atas kepengurusan Golkar hasil Munas Bali versi rekonsiliatif. Seperti diketahui, pengurus rekonsiliatif itu keluar untuk menyesuaikan hasil putusan MA.

Namun, tiba-tiba, Minggu (17/4), Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie dalam pelantikan pengurus daerah di Surabaya menyatakan, munas Golkar kembali diundur sampai 25-27 Mei.

Alasannya untuk menyesuaikan penyelenggaraan munas dengan jadwal Presiden Joko Widodo. Saat itu, Aburizal mengatakan, jika SK atas kepengurusan Bali rekonsiliatif tak kunjung keluar, artinya munas tak bisa diselenggarakan.

Jumat (22/4) pekan lalu, jadwal itu berubah lagi. Aburizal mengatakan, Golkar akan mengadakan munas pada 23 Mei. Kali ini, sebut Aburizal, Presiden sudah mengatakan akan hadir dan membuka munas.

"Karena beliau pada 17 Mei di Rusia dan pada 25 Mei sudah pergi ke tempat lain sehingga beliau memberi waktu 23 Mei malam," kata Aburizal.

Sekretaris Panitia Pengarah Munas Golkar Agun Gunandjar mengatakan, pengunduran waktu itu masih harus diputuskan lagi di rapat pleno DPP.

"Kenyataannya, SK kepengurusan Bali sekarang belum turun, sedangkan jadwal dengan Presiden masih bentrok sehingga kami butuh waktu untuk persiapan dan lainnya," kata Agun.

Curiga batal

Tak pelak, pengunduran waktu penyelenggaraan munas hingga empat kali itu memancing kecurigaan di internal partai.

Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia pun khawatir belum ada keikhlasan para elite Golkar membawa partai keluar dari krisis.

Kepentingan pribadi dan kelompok dinilai lebih dominan dibandingkan kepentingan partai. Dikhawatirkan, hal itu berujung pada penyelenggaraan munas yang terus ditunda atau dibatalkan.

"Saya khawatir ini bagian dari skenario untuk tetap mempertahankan kepemimpinan lama," kata Doli.

Wakil Bendahara Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo pun hampir senada. Menurut dia, jika semua pihak benar-benar ingin menyelesaikan konflik dan menyelenggarakan munas, SK pengurus Bali rekonsiliatif tak perlu lagi dipersoalkan.

Kalaupun SK atas kepengurusan Bali tak keluar, Golkar tetap bisa menyelenggarakan munas dengan landasan SK kepengurusan Riau yang diperpanjang sampai Juli 2016.

"Sebenarnya, semua pihak yang ada di panitia munas ataupun pengurus Bali rekonsiliatif itu juga sudah termasuk dalam kepengurusan Riau diperpanjang. Saatnya Partai Golkar lebih mementingkan kesiapan menghadapi agenda politik dibandingkan menunggu SK baru yang tak tahu kapan keluarnya," tutur Bambang.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Nasional
Pengamat: Anies Ditinggal Semua Partai Pengusungnya, Terancam Tak Punya Jabatan Apapun

Pengamat: Anies Ditinggal Semua Partai Pengusungnya, Terancam Tak Punya Jabatan Apapun

Nasional
Pilkada 2024: Usia Calon Gubernur Minimum 30 Tahun, Bupati/Wali Kota 25 Tahun

Pilkada 2024: Usia Calon Gubernur Minimum 30 Tahun, Bupati/Wali Kota 25 Tahun

Nasional
Menlu Sebut Judi Online Jadi Kejahatan Transnasional, Mengatasinya Perlu Kerja Sama Antarnegara

Menlu Sebut Judi Online Jadi Kejahatan Transnasional, Mengatasinya Perlu Kerja Sama Antarnegara

Nasional
PDI-P Percaya Diri Hadapi Pilkada 2024, Klaim Tak Terdampak Jokowi 'Effect'

PDI-P Percaya Diri Hadapi Pilkada 2024, Klaim Tak Terdampak Jokowi "Effect"

Nasional
Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Nasional
Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode Sejak Menang PIlpres 2019

Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode Sejak Menang PIlpres 2019

Nasional
Ikut Kabinet atau Oposisi?

Ikut Kabinet atau Oposisi?

Nasional
Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Nasional
Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Nasional
Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Nasional
Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Nasional
PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

Nasional
Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Nasional
Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com