Mulanya, Siyono meminta petugas yang mengawal untuk membuka tutup mata dan borgolnya.
"Begitu minta dibuka borgol, langsung pukul anggota. Sehingga, dalam mobil terjadi perkelahian," ujar Anton di kantornya, Jakarta, Senin (14/3/2016).
Anggota polisi yang mengawal melepaskan borgol Siyono karena dianggap kooperatif.
Namun, begitu dibuka, Siyono langsung menyerang. Anggota polisi yang mengawal pun melakukan perlawanan sehingga terjadi baku hantam dalam mobil antara keduanya.
(Baca: Polri: Terduga Teroris yang Meninggal Sempat Pukul Polisi)
Meski begitu, Anton mengakui ada kelalaian polisi dalam mengawal Siyono, yang menyebabkan tewasnya pria yang diduga sebagai panglima investigasi dalam kelompok Neo Jamaah Islamiyah.
(Baca: Polisi Akui Lalai Kawal Terduga Teroris yang Ditangkap di Yogya)
"Ini pun juga salah satu prosedur yang salah dari kami sendiri. Seharusnya mengawal tahanan minimal dua orang," ujar Anton.
Anton pun merasa banyak pihak yang menyudutkan polisi dengan kematian tersangka atau terduga pelaku pidana, seperti Siyono. (Baca: Polri Merasa Disudutkan dengan Kematian Siyono)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.