JAKARTA, KOMPAS.com - Politisi PDI Perjuangan Dwi Ria Latifa berharap Presiden keenam yang juga Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono berbicara langsung dengan Presiden Joko Widodo jika ada saran atau hal yang perlu dibicarakan.
Ia menilai, langkah SBY yang kerap menyampaikan suatu hal untuk Jokowi lewat media sosial, dapat berdampak negatif bagi masyarakat.
"Alangkah baiknya bisa telepon, bertemu. Itu lebih elegan," kata Dwi dalam diskusi Satu Meja dengan topik "Saling Sindir Negarawan" di Kompas TV, Rabu (23/3/2016) malam.
Dwi mengutip tweet SBY yang ditujukan kepada Jokowi. SBY meminta Jokowi menolak diadu domba oleh pihak lain.
Pak Jokowi, teruslah emban amanah & bekerja hingga tahun 2019. Jangan mau kita diprovokasi & diadu domba. Semoga sukses. *SBY*
— S. B. Yudhoyono (@SBYudhoyono) March 21, 2016
Komentar seperti itu, kata Dwi, sebaiknya disampaikan langsung. (baca: SBY: Pak Jokowi, Jangan Mau Kita Diadu Domba)
"Saya yakin Pak Jokowi akan dengan terbuka menerima apapun yang beliau berikan," ucap Dwi.
Dwi mengingatkan bahwa ada massa pendukung kedua pihak, yang bisa saja tidak bijak menyikapi komunikasi pemimpinnya lewat media sosial.
Jika massa pendukung salah menyikapi, kata dia, maka hal itu bakal menimbulkan masalah. Terlebih lagi, media massa "menggoreng" hal itu sehingga masalah menjadi berlarut.
"Hal yang bisa disampaikan secara langsung, tidak perlu buang-buang energi untuk saling sindir menyindir, serang menyerang. Tidak ada gunanya. Tinggal telepon, 'Pak Jokowi seperti ini loh...'," kata anggota Komisi III DPR itu.
Senada disampaikan Johan Budi, Staf Khusus Bidang Komunikasi Presiden.
"Seharusnya tidak melalui media sosial. Saya yakin komunikasi yang dibangun oleh Pak SBY dan Pak Jokowi bisa lebih baik secara langsung," kata Johan.
Meski demikian, Johan merasa tidak ada persoalan antara Jokowi dengan SBY. Johan menganggap tidak ada "berbalas pantun" lewat media sosial antara Presiden dengan SBY. (baca: Istana: Jokowi dan SBY Tak "Berbalas Pantun")
Permasalahan yang sekarang muncul, dinilai Johan, hanya karena para pendukung SBY terlalu reaktif menyikapi kunjungan Presiden ke proyek Hambalang. (baca: Istana: Pendukung SBY Terlalu Reaktif)
Berbagai pihak mengaitkan kunjungan Jokowi ke Hambalang dengan pernyataan SBY dalam Tour de Java. Kunjungan ke proyek mangkrak peninggalan pemerintahan SBY itu dianggap sebagai respons Jokowi menjawab kritikan SBY.
SBY sebelumnya menyebut bahwa pemerintah sebaiknya tidak menguras anggaran di sektor infrastruktur.
Terlebih lagi, kondisi ekonomi Tanah Air sedang lesu. (Baca: SBY Vs Jokowi, Pantun Kritik "Dibalas" Hambalang...)
Belakangan, setelah pernyataannya dikaitkan dengan kunjungan Jokowi ke Hambalang, SBY kembali melontarkan pernyataan lewat media sosial.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.