Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tingginya Elektabilitas Panglima TNI Dianggap Anomali Politik

Kompas.com - 03/02/2016, 09:44 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan (PSPK) Universitas Padjadjaran, Bandung, Muradi menilai, hasil survei Segitiga Institute mengenai tingginya elektabilitas Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo merupakan potret adanya kerinduan publik terhadap pemimpin dari kalangan militer.

Meski demikian, ia menganggap hal itu muncul bukan karena kekecewaan terhadap kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang berasal dari kalangan sipil.

Muradi menjelaskan, kepemimpinan Jokowi baru berjalan dua tahun. Karena itu, publik belum dapat cukup pijakan untuk kecewa pada hasil pemerintahannya.

"Dalam perspektif politik, hasil survei itu menggambarkan anomali politik yang tidak mengikat atas dinamika politik yang ada," kata Muradi melalui pernyataan tertulis, Rabu (3/2/2016).

Dengan kata lain, kata Muradi, hasil survei tersebut merupakan bentuk ketidaksabaran publik atas atas dinamika politik terjadi saat ini.

Publik ia anggap ingin kembali dipimpin figur berlatar militer karena pengalaman masa lalu yang mengedepankan perspektif keamanan ketimbang pembangunan partisipatif-populis.

Menurut Muradi, iklim demokrasi di Indonesia memberikan ruang yang sama pada figur dari berbagai latar belakang untuk berkontestasi dalam pemilihan umum.

Ia meyakini, masyarakat Indonesia akan memilih figur yang bekerja konkret untuk menjadi pemimpin dibanding figur yang memoles dirinya dengan pencitraan.

Muradi melanjutkan, jika Gatot ingin menjadi kontestan dalam Pemilihan Presiden 2019, maka dia harus membuktikan berkinerja baik untuk TNI dan masyarakat, dapat melalui ujian memenangkan survei dengan tokoh politik lainnya, dan harus memiliki daya pikat untuk menarik dukungan partai politik.

"Harus dibuktikan bahwa kerinduan atas figur pemimpin berlatar belakang militer, bukan semata karena romantisme yang tidak berbasis realitas politik," kata Muradi.

Hasil survei yang dilakukan Segitiga Institute menunjukkan bahwa Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo merupakan tokoh yang paling banyak dipilih untuk menjadi presiden dengan latar belakang militer.

(Baca: Segitiga Institute: Elektabilitas Panglima TNI Mengancam Jokowi)

"Dari data yang diperoleh, ternyata pilihan tertinggi jatuh pada Gatot Nurmantyo yang tingkat elektabilitasnya mencapai 35,9 persen," ujar Direktur Eksekutif Segitiga Institute Muhammad Sukron di Jakarta, Sabtu (30/1/2016).

Survei bertajuk "Kerinduan Publik Akan Pemimpin Militer" ini dilakukan dengan pertanyaan yang mengerucut kepada sosok pimpinan berlatar belakang militer.

Sukron mengatakan, pihaknya memberikan pertanyaan tertutup dengan menawarkan empat nama yang pernah menjadi panglima TNI.

Di bawah Gatot, menyusul nama Marsekal TNI (Purn) Djoko Suyanto dengan elektabilitas 27,4 persen. Kemudian, Jenderal (Purn) Moeldoko dengan elektabilitas 19,3 persen, dan disusul Laksamana TNI (Purn) Agus Suhartono dengan 2,2 persen.

Muncul pula nama mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Pramono Edhie Wibowo dalam survei tersebut meskipun Pramono Edhie tidak pernah menjabat panglima TNI. Elektabilitas Pramono dalam survei ini mencapai 18,6 persen.

Menurut Sukron, pihaknya sengaja memasukkan nama Edhie ke dalam pilihan responden tersebut dengan pertimbangan tertentu.

"Karena menurut kita, meski dari KSAD, dia memiliki kans yang cukup lumayan. Setelah kita survei, benar, masuk pada urutan keempat," kata Sukron.

Ia mengatakan, Gatot menempati peringkat teratas dalam survei ini karena masih menjabat sebagai Panglima TNI dan dianggap memiliki pengaruh yang kuat di kalangan militer.

Meskipun begitu, elektabilitas Gatot masih kalah jika dibandingkan dengan Presiden Joko Widodo.

Sukron juga menyampaikan, dalam poin survei berikutnya, Jokowi masih mendapatkan elektabilitas tertinggi dengan angka 59,3 persen. Sementara itu, elektabilitas Gatot 38,5 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

ICW Sebut Orang-Orang Kompeten Trauma dengan Pelemahan KPK 2019

ICW Sebut Orang-Orang Kompeten Trauma dengan Pelemahan KPK 2019

Nasional
Menlu Retno Hadiri Pertemuan Doha III, Bahas Nasib Afghanistan Setelah Dikuasai Taliban

Menlu Retno Hadiri Pertemuan Doha III, Bahas Nasib Afghanistan Setelah Dikuasai Taliban

Nasional
Respons Parpol soal Putusan KPU yang Akomodasi Putusan MA soal Batas Usia Calon Kepala Daerah

Respons Parpol soal Putusan KPU yang Akomodasi Putusan MA soal Batas Usia Calon Kepala Daerah

Nasional
Blak-blakan KPK Akui Ada Persoalan Hubungan dengan Polri dan Kejagung

Blak-blakan KPK Akui Ada Persoalan Hubungan dengan Polri dan Kejagung

Nasional
Kepada Polri, Puan: Berantas Segera Para Bandar Judi 'Online'

Kepada Polri, Puan: Berantas Segera Para Bandar Judi "Online"

Nasional
Ketua KPK Akui PR Besar Penggantinya Koordinasi dengan Polri dan Kejagung jika Ada yang Ditangkap

Ketua KPK Akui PR Besar Penggantinya Koordinasi dengan Polri dan Kejagung jika Ada yang Ditangkap

Nasional
PDI-P Dinilai Sulit Kalahkan Koalisi Khofifah jika Tak Bermitra dengan PKB pada Pilkada Jatim

PDI-P Dinilai Sulit Kalahkan Koalisi Khofifah jika Tak Bermitra dengan PKB pada Pilkada Jatim

Nasional
Cak Imin Tegaskan PKB Tak Akan Pasangkan Anies dengan Sohibul Iman pada Pilkada Jakarta

Cak Imin Tegaskan PKB Tak Akan Pasangkan Anies dengan Sohibul Iman pada Pilkada Jakarta

Nasional
Saat Kapolri Minta Maaf di HUT Ke-78 Bhayangkara, tapi...

Saat Kapolri Minta Maaf di HUT Ke-78 Bhayangkara, tapi...

Nasional
Komnas Perempuan Harap DKPP Sanksi Berat Ketua KPU jika Terbukti Lakukan Tindak Asusila

Komnas Perempuan Harap DKPP Sanksi Berat Ketua KPU jika Terbukti Lakukan Tindak Asusila

Nasional
Masyarakat yang Dirugikan Peretasan PDN Diimbau Lapor ke Posko Daring

Masyarakat yang Dirugikan Peretasan PDN Diimbau Lapor ke Posko Daring

Nasional
Pasca-Peretasan, Aktivitas PDN Diawasi Langsung BSSN

Pasca-Peretasan, Aktivitas PDN Diawasi Langsung BSSN

Nasional
PDN Diretas, Pemerintah Wajibkan Kementerian 'Back Up' Data Berlapis

PDN Diretas, Pemerintah Wajibkan Kementerian "Back Up" Data Berlapis

Nasional
DPR Anggap Menag Salahi Aturan, Komisi VIII Dorong Pembentukan Pansus

DPR Anggap Menag Salahi Aturan, Komisi VIII Dorong Pembentukan Pansus

Nasional
Setelah PKS Ngotot Usung Sohibul Iman, PDI-P-PKB Siapkan Andika Jadi Alternatif Pendamping Anies

Setelah PKS Ngotot Usung Sohibul Iman, PDI-P-PKB Siapkan Andika Jadi Alternatif Pendamping Anies

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com