Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

100 Orang Lebih Dilaporkan Hilang, Diduga Eksodus Pengikut Gafatar

Kompas.com - 20/01/2016, 09:09 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) menjadi sorotan sejak pelajar SMA bernama Ahmad Kevin Aprilio menghilang bersama ayahnya pada 26 November 2015.

Sebuah surat ditemukan sang ibu, Yunita, yang berisi agar Kevin segera menentukan sikap karena waktu akan terus mengejar.

"Saya yakin sekali itu bukan tulisan Kevin. Surat itu ditujukan ke seseorang bernama Bunda Tika," ujar Yunita.

Semenjak kasus hilangnya Kevin mencuat, satu per satu laporan orang hilang mulai terangkat ke publik. Semuanya terkait dengan organisasi yang dibina oleh Ahmad Mosshadeq tersebut.

Berdasarkan data yang dihimpun Kompas.com, sudah ada 164 orang yang dilaporkan hilang dan diduga terkait Gafatar. Data dihimpun dari pemberitaan di media massa selama ini.

Jumlah itu bisa saja lebih besar karena banyak kasus yang tidak terangkat ke media.

Mereka yang hilang berasal dari beragam kalangan mulai dari pelajar SMP, pelajar SMA, mahasiswa, pegawai, ibu rumah tangga, hingga pegawai negeri sipil.

Laporan orang hilang itu tersebar di Yogyakarta (78 orang), Nusa Tenggara Barat (12 orang), Sumatera Utara (1 orang), Sumatera Barat (30 orang), Jawa Tengah (20 orang), Jawa Barat (21 orang), dan Jawa Timur (2 orang).

Mereka yang hilang ini tak diketahui arahnya. Tetapi, ada pula yang mengaku akan ke Kalimantan Barat. Semenjak pamit meninggalkan rumah, kontak komunikasi dengan keluarga langsung terputus.

Hal ini dirasakan Dzulaikha Silbie atau Ika yang kehilangan kontak dengan orang tua dan empat adiknya yang menghilang di Papua Barat.

Ika kemudian mendapat kabar bahwa pengikut Gafatar yang ada di Papua Barat sudah dipindahkan ke Kalimantan. Ika pun semakin sulit mencari keberadaan keluarganya.

Sebelum menghilang, Ika mengaku kedua orang tuanya kerap berpindah-pindah tempat tinggal karena diminta mengurus kantor-kantor sekretariat Gafatar.

Dia sendiri memutuskan tidak ikut organisasi itu karena melihat adanya kejanggalan dalam cara pengajian hingga ibadah orang tuanya. Mereka tidak menjalankan ibadah shalat lima waktu dan tidak mengucapkan salam yang lazim bagi umat muslim.

"Kalau memang pengajian Islam biasanya dipisah kan laki-laki dan perempuan, tetapi ini campur dan yang wanitanya lepas kerudung. Cara salam mereka bukan assalamualaikum, tetapi damai sejahtera," imbuh Ika.

Bantah organisasi keagamanaan

Hingga kini, bentuk organisasi Gafatar beserta paham dan kegiatannya masih simpang siur karena berbeda di setiap daerahnya.

Mantan pengurus Gafatar mengungkapkan Gafatar adalah organisasi kebangsaan yang bergerak di bidang sosial, bukan berbasis agama. Namun, organisasi itu telah bubar pada 2015 lalu,

"Karena dianggap sesat oleh ulama, pada tahun 2015 lalu, secara nasional organisasi Gafatar bubar," kata Iwan (bukan nama sebenarnya) yang sempat menjadi Ketua DPD Gafatar Yogyakarta.

Setelah resmi bubar, Iwan mengaku tidak lagi berkomunikasi dengan Gafatar Nasional. Saat muncul eksodus dari Yogyakarta ke Kalimantan bagi pengikut Gafatar, dia tidak mengetahuinya.

Dia juga membantah bahwa organisasinya melarang anggotanya untuk beribadah atau menjalankan puasa. "Kami bergerak di bidang sosial, jadi tidak ada yang melarang untuk beribadah. Itu bukan Gafatar," kata dia.

KOMPAS.COM/KIKI ANDI PATI Puluhan pengikut Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) Sultra, mendatangi kantor Kanwil Agama dan kantor Gubernur Sultra menolak dikatakan organisasi yang menyebarkan ajaran sesat.

Terus dipantau

Presiden Joko Widodo menginstruksikan agar jajaran di bawahnya terus memantau aktivitas organisasi organisasi yang tidak tercatat di Kementerian Dalam Negeri itu. Kepolisian, intelijen, hingga ormas keagamanan kini terlibat dalam pemantauan tersebut.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan segera mengeluarkan fatwa terkait Gafatar apabila hasil kajian sudah selesai. MUI mengkaji apakah Gafatar hanyalah organisasi yang berubah nama dari Al Qiyadah Al Islamiah yang sudah dinyatakan sesat sebelumnya.

KOMPAS.com/ Wijaya Kusuma Ini daftar absensi peserta BMS DPK Gafatar Sleman yang dibuang di bekas Sekolah Berbasis Rumah (SBR) Gafatar Dusun Kadisoka Rt2 /Rw1 Purwomartani, Kalasan, Sleman
Pimpinan Al Qiyadah Al Islamiyah, Ahmad Mosshadeq sempat dijatuhi hukuman 4 tahun penjara pada tahun 2008 karena terbukti menistakan agama. Kini, Mosshadeq menjadi pembina Gafatar.

"Kalau memang reinkarnasi dari Al Qiyadah Al Islamiyah ya kita akan nyatakan sesat," kata Ketua MUI Ma'ruf Amin.

Kepolisian juga memantau pergerakan para pengikut Gafatar. Diketahui, ada 700 mantan anggota Gafatar yang tinggal di kawasan Mempawah, Kalimantan Barat, mulai diusir oleh warga sekitar yang merasa terganggu eksodus besar-besaran terjadi.

"Apalagi kedatangan mereka ini sangat mencurigakan, datang dengan gelombang besar, berkelompok dan terkesan hanya bergaul dengan sesama kelompoknya sendiri," ungkap warga Mempawah, Atang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

RS Polri Buka Posko untuk Identifikasi Jenazah Korban Pesawat Jatuh di BSD

RS Polri Buka Posko untuk Identifikasi Jenazah Korban Pesawat Jatuh di BSD

Nasional
ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

Nasional
Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

Nasional
Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

Nasional
Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di 'Gala Dinner' KTT WWF

Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di "Gala Dinner" KTT WWF

Nasional
ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta 'Money Politics' Dilegalkan

ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta "Money Politics" Dilegalkan

Nasional
Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum 'Gala Dinner' WWF di Bali

Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum "Gala Dinner" WWF di Bali

Nasional
Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Nasional
Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Nasional
Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nasional
Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Nasional
UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

Nasional
Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Nasional
MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

Nasional
Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com