Mereka sibuk melakukan lawatan ke luar negeri, bukan mengokohkan wibawa bangsa, melainkan sekadar cengengesan hendak berfoto ria bersama calon presiden negeri adikuasa. Mungkin kuasa itu sudah ada di genggaman, tetapi seakan linglung bagaimana mengolah kekuasaan itu agar bikin segenap massa bahagia.
Tentu saja pada masa jahiliah seperti ini, jangan harapkan muncul pertemanan lengkap dengan etos hospitalitas dan etika imperatifnya, seperti kejujuran, kesetiakawanan, empatik, danakhlakul karimah. Malah nyaris yang sering terdengar adalah upaya mengabadikan relasi permusuhan, bikin pergelaran sengketa yang lebih permanen. Sungguh, sepanjang mata memandang, yang kita saksikan adalah wajah kuasa buruk rupa. Jangan-jangan hari ini yang berlaku bukan keharusan mendidik rakyat, melainkan kewajiban mendidik elite politik.
Asep Salahudin
Dekan Fakultas Syariah, IAILM PesantrenSuryalaya, Tasikmalaya; Dosen di FISS Universitas Pasundan, Bandung
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 September 2015, di halaman 6 dengan judul "Mendidik Elite atau Rakyat".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.