"Pemerintah akan coba terus meminta Pemerintah Saudi untuk memberikan akses seluas-luasnya untuk kami melakukan pengecekan, melakukan penelusuran terhadap semua rumah sakit," kata Teten, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (28/9/2015).
Teten menuturkan, Pemerintah Indonesia juga meminta Saudi membuka akses informasi untuk membantu jalannya proses identifikasi. Setelah berhasil mengidentifikasi, pemerintah melalui Kementerian Agama dapat segera memberikan kepastian pada keluarga korban di Tanah Air. Pemerintah Indonesia meyakini Pemerintah Saudi akan membantu kelancaran proses identifikasi.
Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin yang berada di Saudi bertanggung jawab memastikan kelancaran komunikasi dengan otoritas setempat dan memberikan laporan secara berkala kepada Presiden Joko Widodo.
"Jadi saya yakini hal-hal itu tidak terlalu mengganggu karena Menag sudah di lapangan langsung melakukan koordinasi dengan pemerintah Arab Saudi," kata Teten.
Kesulitan
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Abdul Djamil mengakui, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) menghadapi kesulitan untuk mengidentifikasi warga negara Indonesia yang menjadi korban dalam tragedi Mina. PPIH memerlukan lebih banyak waktu mengingat banyaknya korban dan berasal dari berbagai negara.
Lebih jauh, Djamil menyampaikan sejumlah kendala dalam proses identifikasi korban. Pada dua hari pertama setelah kejadian, kata Djamil, Pemerintah Arab Saudi menutup akses bagi pihak luar untuk mencari data-data awal mengenai korban. Hal ini dikarenakan pada dua hari pertama itu Pemerintah Saudi tengah melakukan evakuasi korban dan identifikasi awal.
"Kami baru mendapatkan akses ke tempat pemulasaraan jenazah pada tanggal 25 September 2015 pukul 23.00 waktu setempat," ujar Djamil.
Selain itu, proses identifikasi dan pencocokan data relatif sulit dilakukan karena foto kondisi jenazah cenderung berbeda dengan foto pada Siskohat dan E-Hajj. Tim Kemenag selanjutnya melakukan inventarisasi foto-foto yang diduga memiliki kemiripan dengan wajah-wajah jenazah.
Bukan hanya itu, menurut Djamil, banyak foto yang tanpa disertai identitas yang meyakinkan bahwa jenazah dalam foto tersebut adalah jamaah haji Indonesia. Dari proses identifikasi yang sudah berlangsung dalam tiga hari terakhir, Kemenag memetakan tiga kriteria korban dalam peristiwa ini, yakni jamaah yang meninggal dunia, jamaah yang cedera, dan yang belum kembali ke pemondokan.
Pada puncak haji, Kamis (24/9/2015), terjadi insiden saling desak yang menyebabkan 769 orang dari sejumlah negara meninggal. Iran merupakan salah satu negara dengan korban terbesar. Setidaknya, 136 anggota jemaahnya meninggal dan lebih dari 344 orang masih dicari.
Teheran mendesak Arab Saudi agar terlibat mencari warganya yang belum diketahui nasibnya sejak tragedi itu. Hasil identifikasi PPIH Arab Saudi, jumlah korban tewas anggota jemaah haji asal Indonesia bertambah menjadi 41 orang.