Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilkada Serentak Terhambat Masalah Distribusi

Kompas.com - 28/04/2015, 20:50 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada tahun ini terganjal beberapa masalah, setelah sebelumnya banyak daerah menyatakan belum siap dengan anggaran. Kali ini faktor distribusi menjadi kendala.‎

Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tjahjo Kumolo mengakui hal tersebut. Menurutnya, soal penyaluran komponen Pilkada lebih disebabkan letak geografis suatu daerah. Sebab, tak semua tempat bisa dijangkau dengan mudah sehingga pembagian perangkat Pilkada tersendat.

"Karena faktor letak geografis tidak sama, seperti Papua," kata Tjahjo di kantornya, Jakarta, Selasa (28/4/2015).

Menurut Tjahjo, ini menjadi pekerjaan tambahan instansinya, dalam artian memberi dukungan bagi daerah tersebut. Politikus PDIP itu menyatakan jika lokasi Pilkada dengan letak geografis tak mendukung, memerlukan alokasi anggaran lebih. Hanya saja ia tak mau membeberkan akan diambil dari manakah bantuan tersebut.

"Perlu aloksi anggaran yang lebih, perlu dukungan transportasi, perlu dukungan keamanan, baik mengambil kotak suara dan sebagainya," kata Tjahjo.

Selain masalah distribusi, mantan Sekretaris Jenderal PDIP itu juga memaparkan tren pusat yang merambah daerah, yakni kepercayaan masyarakat kepada partai politik yang semakin berkurang. Diakuinya, hal itu dapat diatasi dengan sosialisasi secara jujur dan konsisten.

Tjahjo berharap penyelenggara Pilkada bisa memanfaatkan waktu sosialaisasi sebaik-baiknya. Utamanya menjelaskan pada masyarakat soal tujuan utama dari Pilkada serentak. Sehingga pemilih mengerti tujuan dari sistem pemilihan baru ini.

"Mudah-mudahan sosialisasi cukup waktu sehingga tingkat hak menggunakan hak pilih bisa meningkat," kata Tjahjo.

Sekedar catatan, menurut Tjahjo, penurunan kepercayaan rakyat pada parpol tak hanya terjadi di Indonesia. Hal itu juga terjadi di dunia internasional. Masyarakat merasa kecewa pada janji politik calon pejabat yang tak berjalan saat calon akhirnya menjabat.

Hal yang lebih parah, itu juga membuat banyak kader partai yang berhenti menjadi politikus. Padahal, suatu negara demokrasi membutuhkan kader untuk menduduki jabatan politis. Tjahjo melihat ini sebagaai pelajaran untuk membenahi sistem politik di Indonesia.

"Australia saja menurun dan penurunannya hampir 60 persen anggota partai. Pelajaran bagi Indonesia, mari kita berbuat yang terbaik sehingga tingkat korupsinaya bisa bersih," kata Tjahjo. (Edwin Firdaus)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Disebut Copot Afriansyah Noor dari Sekjen PBB, Yusril: Saya Sudah Mundur, Mana Bisa?

Disebut Copot Afriansyah Noor dari Sekjen PBB, Yusril: Saya Sudah Mundur, Mana Bisa?

Nasional
Video Bule Sebut IKN 'Ibu Kota Koruptor Nepotisme' Diduga Direkam Dekat Proyek Kantor Pemkot Bogor Baru

Video Bule Sebut IKN "Ibu Kota Koruptor Nepotisme" Diduga Direkam Dekat Proyek Kantor Pemkot Bogor Baru

Nasional
Ahli Pidana: Bansos untuk “Korban” Judi Online Sama Saja Kasih Narkoba Gratis ke Pengguna…

Ahli Pidana: Bansos untuk “Korban” Judi Online Sama Saja Kasih Narkoba Gratis ke Pengguna…

Nasional
KPK Akan Gelar Shalat Idul Adha Berjamaah untuk Tahanan Kasus Korupsi

KPK Akan Gelar Shalat Idul Adha Berjamaah untuk Tahanan Kasus Korupsi

Nasional
Ahli Sebut Judi Online seperti Penyalahgunaan Narkoba, Pelakunya Jadi Korban Perbuatan Sendiri

Ahli Sebut Judi Online seperti Penyalahgunaan Narkoba, Pelakunya Jadi Korban Perbuatan Sendiri

Nasional
PBB Copot Afriansyah Noor dari Posisi Sekjen

PBB Copot Afriansyah Noor dari Posisi Sekjen

Nasional
Anies, JK, hingga Sandiaga Nonton Bareng Film LAFRAN yang Kisahkan Pendiri HMI

Anies, JK, hingga Sandiaga Nonton Bareng Film LAFRAN yang Kisahkan Pendiri HMI

Nasional
Respons KPK Soal Harun Masiku Nyaris Tertangkap pada 2021

Respons KPK Soal Harun Masiku Nyaris Tertangkap pada 2021

Nasional
55.000 Jemaah Haji Indonesia Ikuti Murur di Muzdalifah Usai Wukuf

55.000 Jemaah Haji Indonesia Ikuti Murur di Muzdalifah Usai Wukuf

Nasional
Anggota Komisi I DPR Dukung Kemenkominfo Ancam Blokir X/Twitter karena Izinkan Konten Porno

Anggota Komisi I DPR Dukung Kemenkominfo Ancam Blokir X/Twitter karena Izinkan Konten Porno

Nasional
Sindir Wacana Bansos untuk Penjudi Online, Kriminolog: Sekalian Saja Kasih Koruptor yang Dimiskinkan...

Sindir Wacana Bansos untuk Penjudi Online, Kriminolog: Sekalian Saja Kasih Koruptor yang Dimiskinkan...

Nasional
Pemerintah Semestinya Bikin Orang Lepas dari Judi Online, Bukan Memberikan Bansos

Pemerintah Semestinya Bikin Orang Lepas dari Judi Online, Bukan Memberikan Bansos

Nasional
Soal Duet Anies dan Kaesang, PKS: Status Anak Jokowi Belum Tentu Jadi Nilai Tambah

Soal Duet Anies dan Kaesang, PKS: Status Anak Jokowi Belum Tentu Jadi Nilai Tambah

Nasional
Kepala BNPT Apresiasi Densus 88 yang Proaktif Tangkap Residivis Teroris di Cikampek

Kepala BNPT Apresiasi Densus 88 yang Proaktif Tangkap Residivis Teroris di Cikampek

Nasional
Pertamina Luncurkan 'Gerbang Biru Ciliwung' untuk Kembangkan Ekosistem Sungai

Pertamina Luncurkan "Gerbang Biru Ciliwung" untuk Kembangkan Ekosistem Sungai

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com