Intervensi dan kriminalisasi
Sabtu (24/1/2015), saat wawancara dengan Kompas di Kantor Presiden, mantan Gubernur DKI Jakarta yang juga mantan Wali Kota Solo itu menekankan bahwa KPK dan Polri harus diselamatkan, harus lebih dewasa sebagai institusi, dan menghormati semua proses hukum tanpa harus ada intervensi Presiden.
Menariknya, Jokowi berkata, ”Jangan ada yang sok di atas hukum.” Saat bicara kedua bahunya diangkat.
Ekspresi wajah Presiden juga tampak dominan saat menyebut kata ”KPK”. Menurut Handoko, Presiden memperlihatkan ekspresi sangat tak suka ketika menyebut ”intervensi”. Sebab, Presiden tak ingin melakukan itu. Itu ditunjukkan dengan ujung bibir kiri tertarik ke belakang.
Minggu (25/1/2015), saat bersama Tim Independen di Istana Merdeka, Presiden tiga kali menyebutkan jangan ada kriminalisasi. Saat mengucapkan ”kriminalisasi”, bibir atas tertarik ke atas mendekati hidung dan pangkal hidung tertarik ke atas. Terlihat kerutan horizontal di pangkal hidung. Saat sama, pangkal hidungnya naik membentuk kerutan.
Hipotesis Handoko, Jokowi sangat tidak ingin lembaga penegakan hukum dikriminalisasi. Inilah yang membuatnya marah.
Segera selesai
Kamis (29/1/2015), di Istana Bogor, Jokowi bertemu Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya Prabowo Subianto. Pertemuan itu menyita perhatian publik. Kedua tokoh sempat melempar senyum lepas. Soal prakarsa pertemuan, menurut Prabowo, dirinya dan Presiden memang sama-sama ingin bertemu setelah pertemuan pertama di rumah Prabowo, 17 Oktober 2014.
Di akhir pertemuan, sambil melempar senyum kepada pers, Presiden menyampaikan kata ”ditunggu”. Namun, saat kata itu diucapkan, jempol dan telunjuknya dikatupkan ke arah pers.
Kata ”ditunggu” tampaknya punya makna "sabar" yang seharusnya diikuti dengan gerakan jari tangan membuka. ”Ada pesan yang ingin disampaikan Presiden bahwa kasus ini segera akan selesai,” ujar Handoko.
Presiden tampaknya memang ingin segera menyelesaikan masalah itu. Kini rakyat menunggu kapan keputusan itu diumumkan. (ANDY RIZA HIDAYAT)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.