Dahulu kita pun bertanya-tanya, mengapa Bibit Samad Riyanto dan Chandra Martha Hamzah ditahan; mengapa Novel dituduh terlibat aksi penganiayaan berat saat masih bertugas di Kepolisian Daerah Riau yang kejadiannya telah lama dan diungkit kembali.
Kini, kita pun kembali diperlakukan sebagai "orang bodoh" dalam peristiwa penangkapan Bambang Widjojanto.
Mantan Menteri Hukum dan HAM yang juga advokat senior, Amir Syamsuddin, seperti dikutip Kompas.com mengungkapkan sejumlah keanehan dalam penetapan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bambang Widjojanto sebagai tersangka. Amir menyoroti soal tuduhan kepolisian yang disangkakan ke polisi terkait arahan untuk memberikan keterangan palsu.
Amir menjelaskan, berdasarkan pengalamannya sebagai pengacara, hanya hakim yang memimpin sidang yang dapat menetapkan seorang saksi melakukan sumpah palsu di hadapan persidangan. Hakim, sebut Amir, juga harus terlebih dahulu mengingatkan yang bersangkutan terhadap ancaman hukuman karena sumpah palsu itu.
"Kalau saksi masih berketetapan pada kesaksiannya yang dinilai palsu oleh majelis hakim, maka ketua majelis hakim kemudian membuat penetapan dan memerintahkan jaksa memproses laporan kepada polisi atas dasar dugaan tindak pidana kesaksian palsu di bawah sumpah dalam sidang pengadilan," kata Amir dalam pesan singkat yang diterima Kompas.com, Jumat (23/1/2015).
***
Ya, ya.... Semua pernah kita lalui. Sampai-sampai kita serupa keledai, yang terperosok berulang kali di lubang yang sama.
Mengapa jadi begini, Pak Presiden? Rasanya, baru kali ini kita lalui jalan gelap yang membingungkan sekaligus menyedihkan. Padahal baru seumur jagung pemerintahan Anda, tetapi persoalan berat datang berulang-ulang dan dalam tempo yang berdekatan? Efek kenaikan BBM, efek pencalonan kepala Polri, dan terakhir penangkapan Bambang Widjojanto.
Bagaimanakah perasaan kebatinan para pendukung Anda wahai Pak Presiden, yang rela pulang kampung dari tempat-tempat yang jauh hanya untuk memilih Anda sebagai presiden ketika pilpres tempo hari; tetapi kini menjumpai presiden pilihan mereka seperti tak berdaya.
Memang, kini di hadapan kita, presiden pilihan mayoritas bangsa ini terlihat lemah dan sepi sendiri diserang sana-sini. Jokowi seperti tak memiliki kawan setia sebagaimana dulu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memiliki Sudi Silalahi, Joko Suyanto, Jero Wacik, yang rela menjadi bumper.
Lantaran tak memiliki kawan-kawan setia itulah, rasanya Jokowi memang harus kembali kepada rakyat sebagai muasal kekuasaan yang dia pegang, dan segera menyaring usulan-usulan orang sekelilingnya, serta menidurkan dulu rasa sungkan kepada para senior yang menyokongnya jadi presiden.
Segeralah kembali berpihak kepada rakyat, Pak Presiden. Niscaya Anda akan kuat kembali.
@JodhiY
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.