Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei LSI: 83 Persen Publik Salahkan SBY jika Pilkada Lewat DPRD Disahkan

Kompas.com - 18/09/2014, 14:58 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Hasil terakhir survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menunjukkan, mayoritas publik akan menyalahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono jika pemilihan kepala daerah melalui DPRD disahkan. Pasalnya, banyak masyarakat menilai SBY memiliki peran besar untuk menghentikan Rancangan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah yang saat ini sedang dibahas DPR bersama pemerintah.

"Publik yang menyatakan SBY salah, jumlahnya fantastis dan besar, sampai 83,07 persen. Ada juga yang menyatakan tidak bisa dipersalahkan, tapi jumlahnya hanya mayoritas 13,41 persen. Tidak tahu atau tidak menjawab 3,52 persen," kata peneliti LSI Ardian Sopa saat merilis hasil survei di Jakarta, Kamis (18/9/2014) siang.

Ardian menambahkan, bahkan SBY lebih disalahkan dibandingkan DPR dalam proses RUU Pilkada ini. SBY dinilai mempunyai peran lebih besar dari Anggota DPR yang kini tengah melakukan pembahasan RUU Pilkada.

"Sebanyak 60,68 persen publik tetap menyalahkan SBY. Hanya 32,27 persen yang menyalahkan DPR. Angkanya terlihat dua kali lipat lebih banyak. Ini bisa jadi karena pemerintah yang menjadi inisiatif awal (pengajuan RUU Pilkada)," ujar dia.

Ardian mengatakan, publik melihat SBY mempunyai dua cara untuk menghentikan langkah koalisi Merah Putih yang ingin mengubah Pilkada langsung menjadi lewat DPRD. Sebagai presiden, SBY dianggap mampu menggunakan kewenangannya untuk mencabut pembahasan RUU Pilkada.

"Kalau kita lihat Undang-Undnag Nomor 12 tahun 2011 tentang pembentukan Undang-Undang, ini masih bisa ditarik sebelum memasuki tahap kedua. Tahap kedua artinya sebelum masuk paripurna masih bisa ditarik," ujarnya.

Selain itu, SBY bisa juga menggunakan kewenangannya sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. SBY bisa menginstruksikan kepada fraksi Demokrat di DPR untuk mendukung pilkada langsung.

"Kalau Demokrat mendukung pilkada langsung, konstelasi politiknya berubah. Koalisi Jokowi-JK akan lebih besar jumlahnya kalau ditambah Demokrat," ujar dia.

Survei ini dilakukan pada 14-16 September. LSI mengaku melakukan survei terhadap 1200 responden dengan metode multistage random sampling. Margin of error survei ini adalah 2,9 persen. Survei dibiayai sendiri oleh LSI.

Sebelumnya, Demokrat sudah memastikan mendukung Pilkada langsung. Sikap Demokrat tersebut mengubah peta politik di DPR. Kini, mayoritas fraksi di DPR memilih agar kepala daerah tetap dipilih langsung oleh rakyat. (baca: Dukung Pilkada Langsung, Sikap SBY Ubah Peta Politik di DPR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Timwas Haji DPR Ingatkan Panitia di Arab Saudi untuk Selalu Awasi Pergerakan Jemaah

Timwas Haji DPR Ingatkan Panitia di Arab Saudi untuk Selalu Awasi Pergerakan Jemaah

Nasional
Safenet Nilai Pemblokiran X/Twitter Bukan Solusi Hentikan Konten Pornografi

Safenet Nilai Pemblokiran X/Twitter Bukan Solusi Hentikan Konten Pornografi

Nasional
Pastikan Keamanan Pasokan Energi, Komut dan Dirut Pertamina Turun Langsung Cek Kesiapan di Lapangan

Pastikan Keamanan Pasokan Energi, Komut dan Dirut Pertamina Turun Langsung Cek Kesiapan di Lapangan

Nasional
Bersikeras Usung Ridwan Kamil di Jawa Barat, Golkar: Di Jakarta Surveinya Justru Nomor 3

Bersikeras Usung Ridwan Kamil di Jawa Barat, Golkar: Di Jakarta Surveinya Justru Nomor 3

Nasional
Soal Tawaran Masuk Kabinet Prabowo-Gibran, Sandiaga: Lebih Berhak Pihak yang Berkeringat

Soal Tawaran Masuk Kabinet Prabowo-Gibran, Sandiaga: Lebih Berhak Pihak yang Berkeringat

Nasional
PPP Tak Lolos Parlemen, Sandiaga: Saya Sudah Dievaluasi

PPP Tak Lolos Parlemen, Sandiaga: Saya Sudah Dievaluasi

Nasional
Respons Menko PMK, Komisi VIII DPR: Memberi Bansos Tidak Hentikan Kebiasaan Berjudi

Respons Menko PMK, Komisi VIII DPR: Memberi Bansos Tidak Hentikan Kebiasaan Berjudi

Nasional
Eks Penyidik Sebut KPK Tak Mungkin Asal-asalan Sita HP Hasto PDI-P

Eks Penyidik Sebut KPK Tak Mungkin Asal-asalan Sita HP Hasto PDI-P

Nasional
Disebut Copot Afriansyah Noor dari Sekjen PBB, Yusril: Saya Sudah Mundur, Mana Bisa?

Disebut Copot Afriansyah Noor dari Sekjen PBB, Yusril: Saya Sudah Mundur, Mana Bisa?

Nasional
Video Bule Sebut IKN 'Ibu Kota Koruptor Nepotisme' Diduga Direkam Dekat Proyek Kantor Pemkot Bogor Baru

Video Bule Sebut IKN "Ibu Kota Koruptor Nepotisme" Diduga Direkam Dekat Proyek Kantor Pemkot Bogor Baru

Nasional
Ahli Pidana: Bansos untuk “Korban” Judi Online Sama Saja Kasih Narkoba Gratis ke Pengguna…

Ahli Pidana: Bansos untuk “Korban” Judi Online Sama Saja Kasih Narkoba Gratis ke Pengguna…

Nasional
KPK Akan Gelar Shalat Idul Adha Berjamaah untuk Tahanan Kasus Korupsi

KPK Akan Gelar Shalat Idul Adha Berjamaah untuk Tahanan Kasus Korupsi

Nasional
Ahli Sebut Judi Online seperti Penyalahgunaan Narkoba, Pelakunya Jadi Korban Perbuatan Sendiri

Ahli Sebut Judi Online seperti Penyalahgunaan Narkoba, Pelakunya Jadi Korban Perbuatan Sendiri

Nasional
PBB Copot Afriansyah Noor dari Posisi Sekjen

PBB Copot Afriansyah Noor dari Posisi Sekjen

Nasional
Anies, JK, hingga Sandiaga Nonton Bareng Film LAFRAN yang Kisahkan Pendiri HMI

Anies, JK, hingga Sandiaga Nonton Bareng Film LAFRAN yang Kisahkan Pendiri HMI

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com