Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merekalah "Benteng" Mahkamah Konstitusi

Kompas.com - 21/08/2014, 17:23 WIB


KOMPAS.com
- Pasukan kepolisian, dalam balutan seragam serba coklat, menjadi aspek penting dalam kelancaran sidang sengketa hasil pemilu di Mahkamah Konstitusi. Layaknya benteng, mereka berkomitmen menjaga keamanan, terutama saat menghadapi aksi massa selama sidang. Tidak tanggung-tanggung, para polisi di garda terdepan itu harus menahan lapar, haus, dan hasrat ke kamar kecil jika mereka sedang bertugas.

Salah satu polisi di garda terdepan itu adalah Brigadir Dua (Bripda) Ugantaruna Rijuma. Pada Rabu (20/8/2014) siang, dia berdiri tegap dengan posisi istirahat di depan gedung MK. Melalui kacamata hitam yang melindungi matanya dari terik matahari, anggota Kepolisian Daerah Metro Jaya itu menyaksikan ribuan demonstran di hadapannya.

Rijuma termasuk personel Pasukan Pengendali Massa Polda Metro Jaya sehingga ia menjadi bagian ”pagar hidup” untuk membentengi gedung MK dari ulah massa. Ia tidak goyah sedikit pun meski harus berdiri sekitar satu jam tanpa jeda. Selain itu, ia juga wajib mengabaikan bunyi dering ponsel di sakunya, serta ”cuek” dengan sikap puluhan demonstran yang menjadikannya latar foto untuk mengabadikan kehadiran mereka dalam aksi tersebut.

Mereka tidak boleh mengobrol dengan teman di sebelahnya. Jika melanggar, saat apel pembubaran pada sore hari, hukuman push-up 50 kali menjadi ganjarannya. Yang boleh mereka lakukan hanyalah menggerakkan jari kaki dan tangan. Hal itu untuk mengalirkan aliran darah di kedua organ tubuh itu.

”Bahkan, kami juga harus menahan lapar, haus, dan keinginan ke kamar kecil. Ini juga tidak mudah,” kata Rijuma, yang ditemui di sela-sela masa istirahat.

Ya, seusai bertugas dan bergantian dengan regu lain, mereka memperoleh waktu istirahat selama dua jam. Pasukan ”pagar hidup” itu terdiri atas dua peleton. Setiap peleton berisi 35 orang.

Rijuma dan anggota peleton lain seakan tak takut terhadap ancaman yang disampaikan orator aksi. Jika ada aksi anarkistis, sebuah helm dan tameng disiapkan untuk setiap anggota. Selain itu, mereka juga dilengkapi dengan senapan gas air mata. Seluruh perlengkapan itu bisa mereka gunakan di bawah komando.

”Kalau mereka rusuh, otomatis mereka mencoreng reputasi capres yang mereka dukung. Kami berusaha untuk tidak terpancing,” kata Rijuma, yang harus merelakan waktu kuliahnya selama bertugas.

Tugas tidak mudah juga diemban Brigadir Kepala Aris Riano. Anggota Kepolisian Lalu Lintas Polda Metro Jaya itu bertugas mengatur lalu lintas di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, tepat di depan gedung MK.

Selain mengatur arus lalu lintas, ia juga harus menghadapi ratusan pengendara kendaraan bermotor yang cuek memarkirkan kendaraannya. Meskipun kepolisian telah menyiapkan lokasi parkir di kawasan Monumen Nasional (Monas), nyatanya demonstran memarkir motor dan mobil di depan gedung Kementerian Perhubungan yang berada dua gedung di sebelah selatan gedung MK. Hal ini mengakibatkan kemacetan sepanjang sekitar 1 kilometer. Satu jalur bus transjakarta yang tersedia tidak cukup mengurai seluruh kendaraan.

”Satu orang bisa kami imbau parkir di Monas, tetapi lima orang setelahnya kembali parkir di sini (depan Kemenhub). Kami sulit mengatur mereka sebab setiap anggota harus menertibkan hingga 10 kendaraan bersamaan,” kata Aris.

Tak hanya masalah parkir, Aris dan anggota polantas lain juga harus menerima kenyataan demonstran melanggar peraturan lalu lintas, seperti pengendara motor yang tidak memakai helm. ”Kalau kami menilang mereka, kami takut mereka marah dan suasana semakin panas. Karena itu, kami menghindari (tilang),” ucap Aris.

Siaga 24 jam

Sementara sebagian polisi bertugas dari pukul 06.00 hingga usainya sidang di MK, sebagian rekannya bersiaga 24 jam. Pasukan Brigade Mobil (Brimob) Polda Metro Jaya yang berjumlah enam peleton, atau sekitar 180 anggota, adalah penjaga MK selama 24 jam. Sebanyak 30 polisi yang tergabung dalam satu peleton secara bergiliran menjaga gedung MK selama sehari penuh.

Bripda Risky Isda, pada pukul 17.30, masih berkeliling di seluruh sudut gedung MK. Ia memastikan seluruh unsur pimpinan MK telah pulang serta aksi demonstrasi telah usai. Di saat yang sama, polisi lain sedang melakukan apel pembubaran.

”Tugas kami memastikan seluruh kondisi aman. Kami paling bertanggung jawab atas keamanan gedung serta pimpinan MK,” kata Risky.

Dalam sepekan, Risky mendapatkan jatah dua kali berjaga selama 24 jam. Hal itu merupakan bagian tugas anggota Brimob sebagai pasukan pamungkas jika terjadi kerusuhan. Sebuah ruangan 3 meter x 4 meter yang berada di basement gedung menjadi tempat istirahatnya.

Demi mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, Brimob menyediakan sekitar 20 sepeda motor pengaman dan 3 mobil barakuda. Kendaraan itu digunakan untuk mengevakuasi pimpinan MK jika terjadi keadaan darurat. Selain itu, setiap polisi juga mengenakan rompi anti peluru dan dilengkapi senapan, yang bisa disesuaikan pelurunya bergantung tingkat kerusuhan. Senapan itu memiliki beberapa peluru, seperti peluru karet, gas air mata, dan merica.

Ketika waktu istirahat tiba, mayoritas polisi memanfaatkan waktu untuk tiga hal, yaitu makan, tidur, dan memainkan alat komunikasi mereka.

Polda Metro Jaya memberlakukan empat ring untuk menjaga MK. Setiap ring terdiri dari pengamanan dalam gedung sidang, akses masuk, halaman gedung, dan jalan sekitar gedung MK. Jumlah total petugas yang bersiaga sekitar 20.000 polisi.

Alasan kesungguhan mereka bertugas, mereka sepakat keamanan MK menjadi cerminan kondisi Indonesia. Jika MK rusuh, mereka menganggap hal itu bisa menular ke daerah lain. Tujuan mereka bertugas tidak muluk. ”Kami ingin memastikan masyarakat bisa tidur nyenyak,” ujar Rijuma. Itu indikator keberhasilan mereka dalam mempersembahkan keamanan di Tanah Air. (A07)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sedih karena SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga, Surya Paloh: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

Sedih karena SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga, Surya Paloh: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

Nasional
Hari Tuna Sedunia, Kementerian KP Siap Dorong Kualitas, Jangkauan, dan Keberlanjutan Komoditas Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, Kementerian KP Siap Dorong Kualitas, Jangkauan, dan Keberlanjutan Komoditas Tuna Indonesia

Nasional
Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

Nasional
Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat Hingga 16 Tahun

Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat Hingga 16 Tahun

Nasional
Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

Nasional
Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara, Ditembak Mati

Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara, Ditembak Mati

Nasional
Giliran Ketua KPU Kena Tegur Hakim MK lantaran Izin Tinggalkan Sidang Sengketa Pileg

Giliran Ketua KPU Kena Tegur Hakim MK lantaran Izin Tinggalkan Sidang Sengketa Pileg

Nasional
Panji Gumilang Gugat Status Tersangka TPPU, Sebut Polisi Tak Penuhi 2 Alat Bukti

Panji Gumilang Gugat Status Tersangka TPPU, Sebut Polisi Tak Penuhi 2 Alat Bukti

Nasional
Sidang Administrasi Selesai, PTUN Minta PDI-P Perbaiki Gugatan terhadap KPU

Sidang Administrasi Selesai, PTUN Minta PDI-P Perbaiki Gugatan terhadap KPU

Nasional
Bamsoet Apresiasi Sikap Koalisi Perubahan Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Bamsoet Apresiasi Sikap Koalisi Perubahan Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Nasional
PDI-P Harap PTUN Tidak Biarkan Pelanggaran Hukum yang Diduga Dilakukan KPU

PDI-P Harap PTUN Tidak Biarkan Pelanggaran Hukum yang Diduga Dilakukan KPU

Nasional
KPK Sebut SPDP Kasus Korupsi di PDAM Boyolali Hoaks

KPK Sebut SPDP Kasus Korupsi di PDAM Boyolali Hoaks

Nasional
Kompolnas Dorong Motif Bunuh Diri Brigadir RAT Tetap Diusut meski Penyelidikan Kasus Dihentikan

Kompolnas Dorong Motif Bunuh Diri Brigadir RAT Tetap Diusut meski Penyelidikan Kasus Dihentikan

Nasional
Airin Hadir di Taaruf Muhaimin Bersama Calon Kepala Daerah

Airin Hadir di Taaruf Muhaimin Bersama Calon Kepala Daerah

Nasional
Sentil KPU, Hakim MK Arief Hidayat: Sudah Hadir Ya Setelah Viral Saya Marahi

Sentil KPU, Hakim MK Arief Hidayat: Sudah Hadir Ya Setelah Viral Saya Marahi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com