Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Tanah Airku

Kompas.com - 15/08/2014, 14:00 WIB

Akibat dari kenyataan ini adalah bahwa kalau pembangunan yang berpretensi mengisi kemerdekaan nasional tidak membahagiakan warga individual, mereka kembali menyatu dengan suku masing-masing. Kalau ketidakpuasan sudah meliputi suku sebagai keseluruhan, suku yang kecewa ini cenderung memisah diri dari NKRI. Kecenderungan ini sudah terwujud, lalu ditumpas secara militer, bukan mengubah cara pembangunan yang telah mengecewakan itu. Maka, terjadilah ”perang saudara”, a wrong war, against a wrong enemy, at the wrong place, triggered by the wrong reasons. Pusat memang selalu menang, tetapi menyebabkan luka kedaerahan, dendam kesukuan, yang dibisikkan dari ayah ke anak, dari anak ke cucu.

Yang telah mengecewakan itu adalah kebijakan pembangunan nasional yang direduksi menjadi pengambunan ekonomi dalam term pendapatan (GNP, GDP, average income per capita). Ia bertujuan menaikkan plus-value of things, bukan nilai-lebih dari manusia. Berhubung pembangunan adalah pembangunan ekonomi, maka dianggap wajar kalau ia dipandu oleh disiplin ekonomika pure and simple, yang peka terhadap tingkah laku pasar dan mengabaikan tingkah laku manusia serta ruang sosial di mana manusia bermukim.

Kita harus mengubah konsep pembangunan ekonomi dengan pembangunan nasional dan berpendekatan budaya. Konsep adalah imaji yang dibentuk berdasarkan suatu konstruksi (berpikir) tertentu. Imaji ini diilhami oleh apa yang dahulu sering dikemukakan Bung Hatta pada masa revolusi fisik, yaitu (dengan kemerdekaan) ”kita ingin membangun satu dunia di mana setiap orang seharusnya bahagia”.

Ukuran kebahagiaan ini, menurut hemat saya, adalah sekaligus bisa ”to have more” dan ”to be more” melalui pelaksanaan pembangunan yang dikonstruksikan untuk mengisi kemerdekaan suatu negara-bangsa maritim. To be more berarti ngewongke wong, menghargai martabat warga dan sukunya. Maka, pembangunan nasional ini tidak dinyatakan dalam term pendapatan (to have more), tetapi dalam term ruang sosial, bagian bumi di mana manusia bermukim.

Pendekatan budaya yang dipilih karena bila kita berbicara mengenai kebudayaan, yang adalah sistem nilai yang dihayati, kita membicarakan manusia. Ia adalah target pertama dan terutama dari pembangunan nasional. Yang universal bukanlah natur human kita, melainkan kemampuan kita menciptakan realitas budaya dan lalu berperilaku dalam term tersebut.

Konsep pembangunan khas Indonesia ini jelas punya konsekuensi dalam pembelajaran pembangunan. Selama ini pelajaran tersebut dikuliahkan sebagai teori pembangunan ekonomi tanpa penjelasan akurat asumsi yang melandasi penalarannya. Kini seharusnya diajarkan secara bersamaan konsep mengenai pembangunan yang khas dipolakan untuk diterapkan di Indonesia, bukan di India, di Tiongkok, atau di developing country mana pun. Kuliah ini bisa diberikan oleh dosen teori pembangunan ekonomi atau dosen lain yang sederajat.

Ada sesuatu yang essentially antagonistik antara kebiasaan yang mencari panduan teoretis dan yang mencari pegangan bagi keberhasilan pelaksanaan sesuatu usaha. Teori, in fact, merupakan masalah edukasi dan deliberasi, bukan masalah eksekusi. Sementara mahasiswa disiapkan untuk menjadi eksekutor andalan bagi keberhasilan pembangunan tanah-air.

Namun, kalau dalam kuliah ”the economics of development” bacaan tambahan yang dianjurkan adalah ”mathematics”, bagi kuliah ”pembangunan nasional dalam term ruang sosial yang berpendekatan budaya”, bacaan tambahan tersebut berupa novel, cerpen, risalah, monografi, yang mengemukakan kemiskinan, kekurangan, penderitaan dan kesengsaraan manusia, rakyat yang katanya pemilik republik ini.

Daoed Joesoef
Alumnus Université Pluridisciplinaires Panthéon-Sorbonne, Perancis

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPK Bantah Kasus Harun Masiku Politis dan 'Musiman'

KPK Bantah Kasus Harun Masiku Politis dan "Musiman"

Nasional
Kala Zulkifli Hasan Sindir 'Tukang Ngomel' Ciri 'Mental Kalah'...

Kala Zulkifli Hasan Sindir "Tukang Ngomel" Ciri "Mental Kalah"...

Nasional
Ketika Zulhas Balas Komentar Mahfud soal Indonesia Emas...

Ketika Zulhas Balas Komentar Mahfud soal Indonesia Emas...

Nasional
Survei Litbang Kompas: Polri Diharapkan Lebih Adil dan Tegas

Survei Litbang Kompas: Polri Diharapkan Lebih Adil dan Tegas

Nasional
PAN Dukung 8 Kandidat di Pilkada Serentak 2024

PAN Dukung 8 Kandidat di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Survei Litbang Kompas: Citra Positif Polri Naik, 73,1 Persen Responden Beri Nilai Positif

Survei Litbang Kompas: Citra Positif Polri Naik, 73,1 Persen Responden Beri Nilai Positif

Nasional
Lewat #BerbagiMusik, Dompet Dhuafa Gandeng J-Rocks dan Kopi Bajawa Flores Bagikan 30 Kado Yatim di Bogor

Lewat #BerbagiMusik, Dompet Dhuafa Gandeng J-Rocks dan Kopi Bajawa Flores Bagikan 30 Kado Yatim di Bogor

Nasional
5 Fakta Operasi Besar Prabowo: Cedera Kaki karena Terjun Payung hingga Siap Beraktivitas

5 Fakta Operasi Besar Prabowo: Cedera Kaki karena Terjun Payung hingga Siap Beraktivitas

Nasional
Akomodir Putusan MA soal Batas Usia, Langkah KPU Tak Sejalan dengan Konstitusi

Akomodir Putusan MA soal Batas Usia, Langkah KPU Tak Sejalan dengan Konstitusi

Nasional
Ironi, Pekerja Migran Indonesia Bantu Ekonomi Hong Kong tapi Dibayar Murah

Ironi, Pekerja Migran Indonesia Bantu Ekonomi Hong Kong tapi Dibayar Murah

Nasional
Pemerintah Fokus Pulihkan PDN, Wapres: Siapa yang Disalahkan Itu Nanti

Pemerintah Fokus Pulihkan PDN, Wapres: Siapa yang Disalahkan Itu Nanti

Nasional
HUT Bhayangkara, Jokowi Minta Polri Selalu Layani Masyarakat Sepenuh Hati

HUT Bhayangkara, Jokowi Minta Polri Selalu Layani Masyarakat Sepenuh Hati

Nasional
Siang Ini, Pihak Hasto Gugat Penyidik KPK ke PN Jakarta Selatan

Siang Ini, Pihak Hasto Gugat Penyidik KPK ke PN Jakarta Selatan

Nasional
Berkat Pekerja Migran Indonesia, Keluarga Muda Hong Kong Bisa Fokus Bekerja

Berkat Pekerja Migran Indonesia, Keluarga Muda Hong Kong Bisa Fokus Bekerja

Nasional
Netralitas dan Profesionalitas Polri, Pilar Kepercayaan Publik

Netralitas dan Profesionalitas Polri, Pilar Kepercayaan Publik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com