"NU ini biasa heterogen, dia memang tidak homogen. Dia pernah jadi Partai NU pada 1955," kata Siti di Jakarta, Sabtu (24/5/2014).
Pada pemilu sebelumnya, Siti mengatakan, tidak sedikit warga Nahdliyin yang menyatakan sikap mendukung PKB, Golkar, Demokrat atau PPP. Mereka yang mendukung PKB, mulanya merupakan pendukung PPP yang terpecah.
Pada pemilu kali ini, ia memprediksi, juga tak lagi memiliki pandangan yang sama dalam mendukung parpol. Terlebih dengan munculnya Partai Nasdem sebagai partai baru.
"Seperti halnya (pendukung awal) Golkar, ada yang ke Nasdem, Hanura dan Gerindra. Hanya memang PDI P saja yang tidak punya saingan (pecahan). Sendiri dia," katanya.
Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siradj mengaku secara pribadi dirinya mendukung pencalonan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai presiden.
Namun, ia menegaskan bahwa warga NU bebas memilih siapa pun calon pemimpinnya. Menurut dia, Prabowo mempunyai sikap tegas, berani, dan berwibawa untuk memajukan dan membangun Indonesia ke arah yang lebih baik lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.