Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Politik Uang Kian Membudaya

Kompas.com - 15/04/2014, 15:00 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com — Praktik politik uang selama penyelenggaraan Pemilihan Umum 2014 semakin mengkhawatirkan. Sebagian masyarakat tidak malu lagi meminta uang dari para calon anggota legislatif. Kondisi ini tidak bisa lagi dianggap remeh karena dapat menghancurkan nilai-nilai berdemokrasi.

Sejumlah calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat mengakui pernah dimintai uang oleh masyarakat saat berkampanye. Salah satunya Ace Hasan Syadzily, caleg Partai Golkar dari Daerah Pemilihan Banten I. ”Kalau dimintai (uang), ya, setiap saat, Mbak, tapi saya selalu menolak,” katanya, Senin (14/4).

Hal serupa dialami Teguh Juwarno, caleg Partai Amanat Nasional (PAN) dari Dapil Jawa Tengah IX. ”Ada yang menanyakan uang, tetapi saya balik tanya kepada mereka. Saya kasih Rp 50.000 untuk lima tahun dan saya tidak akan ke sini (konstituen) lagi, mau atau tidak? Mereka bilang tidak mau,” tuturnya.

Caleg Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dari Dapil Jawa Barat VII, Mardani Alisera, juga beberapa kali dimintai uang menjelang pemilihan. ”Banyak yang tanya, ada uang es enggak?” katanya. ”Uang es” adalah uang bekal untuk ke tempat pemungutan suara (TPS).

Istilah uang es ini memang populer di Dapil Jabar VII yang meliputi daerah Karawang, Bekasi, dan Purwakarta. Caleg Partai Demokrat, Saan Mustopa, dan caleg Partai Golkar, Nurul Arifin, yang sama-sama dari Dapil Jabar VII juga mengaku pernah dimintai uang es.

Membudaya

Para caleg menduga, rakyat semakin pragmatis karena politik uang sudah membudaya. Praktik bagi-bagi uang itu lazim dilakukan sejak pemilihan kepala desa, pemilihan bupati/wali kota, hingga pemilihan gubernur. Akibatnya, pada pemilu legislatif kali ini, masyarakat tidak malu-malu lagi meminta uang kepada para caleg.

Struktur dan jaringan yang dibangun para caleg umumnya kalah dengan politik uang. Masyarakat lebih memilih para caleg yang menebar uang.

Di Dapil Banten I yang meliputi Kabupaten Lebak dan Pandeglang, praktik politik uang marak terjadi. Banyak warga yang menerima amplop berisi uang Rp 40.000-Rp 50.000 dari tim sukses caleg tertentu. Modusnya, tim sukses melakukan serangan fajar (menebar uang) ke rumah-rumah penduduk dan meminta warga memilih caleg tertentu.

Sementara itu, di Dapil Jateng IX, praktik politik uang terjadi hingga waktu pencoblosan berlangsung. ”Tim saya cerita, sampai ada yang membagi-bagikan nasi bungkus yang di bawahnya ada uang Rp 100.000,” tutur Teguh.

Anggota Komisi III DPR, Bambang Soesatyo, mengakui, masyarakat kini lebih lihai ”bermain uang” daripada Pemilu 2009. Hanya saja, dia mengakui, pemilih dari perkotaan lebih cerdas dalam menjatuhkan pilihan sehingga tidak terpengaruh oleh politik uang.

Semakin maraknya praktik politik uang dan semakin pragmatisnya masyarakat ini cukup meresahkan sebagian caleg.

Caleg Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dari Dapil Jawa Timur VI, Eva Kusuma Sundari, sampai menulis status ”Pemenang Pileg adalah Uang” pada Blackberry Messenger-nya.

Begitu pula Ace yang menulis, ”Money politics kills our democracy” dalam status BBM-nya.

Nurul Arifin bahkan menuliskan puisi berisi penyesalan mengapa praktik-praktik kecurangan sudah menjadi kelaziman.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Nasional
Waspada MERS-CoV, Jemaah Haji Indonesia Diminta Melapor Jika Alami Demam Tinggi

Waspada MERS-CoV, Jemaah Haji Indonesia Diminta Melapor Jika Alami Demam Tinggi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com