Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Miris, "Garuda di Dadaku, Ringgit di Kantongku"

Kompas.com - 15/03/2014, 12:44 WIB

"Pemerintah pusat terkesan hanya duduk di belakang meja, tidak memahami kondisi perbatasan. Mungkin jika warga kita di sana lebih memilih Malaysia sebagai negara mereka, barulah pemerintah sadar akan minimnya perhatian pemerintah," ujarnya.

Terkait dengan itu, dia mengharapkan agar pihak terkait seperti Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Menteri Luar Negeri, Pekerjaan Umum, dan Disperindagkop untuk turun ke lapangan melihat potensi sumber daya alam di sana.

Hal ini perlu dilakukan karena jangan sampai negara tetangga yang memberikan perhatian lebih sehingga akhirnya negeri lain yang menuai keuntungan dari potensi yang sebenarnya bisa dikelola oleh negeri sendiri.

Guna mengatasi berbagai permasalahan tersebut, lanjut Djalil, saat ini DPRD Kaltim sedang menggodok Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) mengenai Perlindungan di Kawasan Perbatasan.

Kawasan perbatasan Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara meliputi tiga kabupaten, yakni Kutai Barat di bagian selatan, kemudian Malinau dan Nunukan di bagian utara. Dari tiga kebupaten tersebut, terdapat 13 kecamatan yang berbatasan langsung dengan Negeri Sabah dan Serawak yang meliputi 249 desa.

Kecamatan yang berbatasan langsung dengan Sabah dan Serawak adalah Kecamatan Long Apari dan Long Pahangai di Kabupaten Kutai Barat, Kayan Ulu, Kayan Hilir, Kayan Selatan, Bahau Hulu, dan Pujungan di Kabupaten Malinau, kemudian Krayan, Krayan Selatan, Lumbis, Sebuku, Nunukan, dan Sebatik di Kabupaten Nunukan.

Wilayah perbatasan tersebut merupakan perbatasan daratan, kecuali Kecamatan Nunukan yang mempunyai perbatasan laut dengan Kota Tawau, Sabah, dengan panjang garis perbatasan keseluruhan mencapai 1.038 km.

Korbankan TNKM

Pengamat sosial dan masalah perbatasan Kaltim Prof Sarosa Hamongpranoto dari Universitas Mulawarman, Samarinda, mengatakan bahwa untuk membangun kawasan perbatasan perlu dilakukan semua pendekatan.

Pendekatan tersebut di antaranya menyangkut ekonomi, sosial, budaya, keamanan, dan lingkungan, termasuk kearifan lokal harus ditonjolkan. Hal ini perlu dilakukan agar pengembangan dan percepatan pembangunannya dapat dilakukan dengan cepat dan terstruktur.

Menurut dia, masalah di kawasan perbatasan terkait dengan panjangnya yang mencapai 1.038 km, tetapi tidak seimbang dengan jumlah infrastruktur perhubungan dan upaya untuk meningkatkan taraf hidup warga setempat.

Di Krayan, misalnya, satu-satunya akses untuk menuju kawasan itu harus menggunakan pesawat terbang karena belum ada jalan darat. Bahkan, sungai untuk menghubungkan dari kecamatan terdekat menuju ke Krayan juga tidak ada sehingga kebutuhan ekonomi warga terpaksa harus dari negeri sebelah.

Pernah ada wacana untuk membangun jalan tembus ke Krayan, tetapi hal itu urung dikerjakan karena harus melalui hutan lindung di Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM). Akibatnya, jalan tembus tidak jadi dibangun.

Untuk mengembangkan perbatasan, maka semua pendekatan harus dilakukan, termasuk pendekatan lingkungan yang harus melalui TNKM karena manfaatnya sangat besar demi perekonomian masyarakat setempat.

"Kalau demi kemakmuran masyarakat, apa salahnya mengorbankan beberapa kilometer saja untuk memotong TNKM. Perbatasan adalah serambi negara, maka negara melalui Menteri Kehutanan harus memberikan izin untuk pembangunan jalan hingga ke Krayan," kata Sarosa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Istana Disebut Belum Terima Draf Revisi UU Kementerian Negara

Istana Disebut Belum Terima Draf Revisi UU Kementerian Negara

Nasional
Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Nasional
Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com