JAKARTA, KOMPAS.com — Pertemuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Majelis Syuro Partai Bulan Bintang Yusril Ihza Mahendra, di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (24/12/2013), disebut bukan pertemuan biasa. Ada agenda penting yang sedang dibangun.
"Boleh dikatakan bahwa ini adalah pertemuan politik paling penting di pengujung 2013," kata mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, Kamis (26/12/2013).
"Tentu saja, topik yang dibicarakan dan kemudian disampaikan ke media massa adalah hal penting dan bukan 'kecengan'," ujar dia menggunakan istilah yang pernah dipakai SBY.
Namun, imbuh Anas, bisa dipastikan pula bahwa tak semua hal penting yang dibicarakan dalam pertemuan tersebut disampaikan kepada media massa.
Sepanjang Kamis malam hingga Jumat (27/12/2013) dini hari, Anas menulis kultwit panjang seputar dinamika politik nasional, terutama terkait dengan bekas partainya itu. Kultwit itu menggunakan hashtag #cawapressby.
Kartu politik baruMenurut Anas, pertemuan ketiga tokoh partai itu mudah dipahami sebagai upaya mencetak kartu politik baru menjelang Pemilu 2014. "Mengapa? Diam-diam dan kadang kala terbuka, Pak SBY kecewa dengan koalisi politik yang dibangun pada 2009," kata dia. Ada kisah panjang soal kekecewaan itu.
Anas mengatakan, sejatinya yang kecewa pada koalisi bukan SBY dan Partai Demokrat saja. "Partai-partai (dalam koalisi) juga cenderung tak puas," kata dia. Bagaimanapun, koalisi tersebut berisi banyak partai dengan kepentingan dan harapan masing-masing.
Bagi Anas, SBY terlalu sabar terhadap koalisi meskipun memendam "luka". "Kuat kesan tidak berani bersikap tegas. Pakai rumus zero-risk," ujar dia.
Berkali-kali, tutur Anas, SBY mengatakan di internal Partai Demokrat bahwa sanksi tegas akan dijatuhkan pada partai dalam koalisi yang tak konsisten. "Tapi tak pernah terjadi."
Hal tersebut menurut Anas kemudian menjadi "rasan-rasan" para kader Partai Demokrat di DPP dan Senayan, dan memunculkan pertanyaan tentang "keberanian" SBY.
"Saya tidak tahu apakah sanksi kepada partai lain yang dinilai tak konsisten dilakukan dengan 'cara lain', bukan cara politik," imbuh Anas. Menurut dia "cara lain" tersebut mungkin saja, mengingat sebagai Presiden, SBY punya segala perangkat untuk melakukannya jika memang mau.
"Jadi, pertemuan (SBY) dengan Pak Prabowo tidak bisa dipisahkan dari konteks politik koalisi sekarang yang 'banyak luka-luka'," ujar Anas.
Sebelumnya, Juru Bicara Partai Demokrat Ruhut Sitompul mengungkapkan kekecewaan pada partai anggota koalisi yang tak satu suara dalam pemungutan suara penentuan perpanjangan masa kerja Tim Pengawas DPR untuk Kasus Bank Century (Timwas Century). Anas pun bertutur panjang soal beragam kekecewaan yang sejak awal mewarnai perjalanan koalisi itu.