Belum setahun, kinerja Jokowi memperlihatkan gebrakan signifikan, antara lain penertiban kawasan Tanah Abang, penataan Waduk Pluit, juga rumah deret. Tak mengherankan, kinerja Jokowi dan wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama, diapresiasi publik.
Berdasarkan survei Litbang Kompas (Desember 2013-Juni 2013), peningkatan elektabilitas Jokowi hampir 100 persen (dari 17,7 persen menjadi 32,5 persen). Dengan gaya kepemimpinan yang genuine dan tidak artifisial, serta gaya kerja yang blusukan, membuat Jokowi makin mampu menyedot perhatian publik. Sosok Jokowi seakan menjadi antitesis tipikal pemimpin saat ini yang lebih banyak berurusan dalam soal pencitraan, yang justru membuat publik kecewa.
Menurut Tjahjo, kemunculan Jokowi adalah bagian dari kaderisasi yang dilakukan partainya. PDI-P selalu berusaha mengusung kader muda yang dinilai berkualitas untuk menduduki jabatan penting, seperti kepala daerah. PDI-P juga tak segan mengusung sosok luar yang punya kesamaan cita-cita dan ideologi. ”Itu kami lakukan sebagai bagian dari upaya melahirkan pemimpin baru,” kata Tjahjo.
Hasil survei ditanggapi beragam oleh para petinggi parpol. Sekjen Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia Yusuf Kartanegara mengakui, masyarakat mendambakan figur capres yang merakyat seperti figur Jokowi.
Menurut Sekjen Partai Persatuan Pembangunan Romahurmuziy, ”Survei hari ini memang Jokowi teratas. Namun, masih terlalu pagi disimpulkan, mengingat survei itu secara alamiah akan naik-turun, dan waktunya masih satu tahun lagi.”
Hasil survei yang tinggi, menurut Ketua Harian Partai Demokrat Sjarifuddin Hasan, justru harus mawas diri. Jika menunjukkan elektabilitas parpol sangat tinggi, lebih sulit mempertahankan daripada meningkatkan.
Terkait dengan hasil survei Kompas yang menempatkan Prabowo di urutan ke-2, Sekjen Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Ahmad Muzani mengatakan, Gerindra merasa memang posisi Prabowo belum maksimal sebab semua caleg Gerindra belum bergerak maksimal.
Ketua DPP Partai Golkar Hajriyanto Thohari mengatakan, Partai Golkar memandang hasil survei tentang capres itu penting, tetapi temporer. Partai Golkar tetap mengampanyekan capres yang diusung, Aburizal Bakrie.
Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Dradjad Wibowo mengatakan, PAN sudah menetapkan Ketua Umum PAN Hatta Rajasa sebagai capres, tetapi bisa saja nanti Hatta diminta menjadi calon wakil presiden, berkoalisi dengan parpol lain. Ini dilakukan jika perolehan suara atau kursi PAN dalam pemilu legislatif tak cukup untuk mengusung capres-cawapres sendiri. (IAM/ANA/FER/ATO/NTA/UTI/OSA/INA/NWO/SSD)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.