JAKARTA, KOMPAS.com - Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Eduard Depari, menilai bahwa Partai Demokrat sedang mengalami erosi kepercayaan sehingga elektabilitasnya terus tergerus. Hal itu terlihat dari sikap kader Demokrat yang tidak kompak sehingga kepercayaan publik pada partai tersebut terus menurun.
"Tokoh-tokoh Demokrat itu setiap berkomentar berbicara berbeda, tidak seragam. Mereka tidak memperhatikan komunikasi politik maka jadinya mengorbankan citra dan reputasi partai. Kalau ini dikorbankan otomatis penilaian publik akan menurun," kata Eduard di Jakarta, Rabu (13/2/2013).
Eduard menjelaskan, tokoh Partai Demokrat yang menjadi panutan kader memberikan informasi bertentangan. Hal itu berbuah adanya kebingungan di kalangan kader maupun publik atas informasi yang diumbar tokoh Partai Demokrat. Adanya pertentangan informasi itu membuktikan tokoh Partai Demokrat selama ini tidak memiliki kredibilitas.
"Adanya Sengkuni atau ABS (Asal Bapak Senang) di Demokrat malah yang timbul membuktikan hal itu. Coba memilih orang yang tepat, berani berkata yang baik, meski bukan menyenangkan," ujarnya.
Ketidakkompakan dalam Demokrat itu, menurut Eduard, terkait jabatan Ketua Umum Partai Demokrat. Setelah Majelis Tinggi memutuskan Susilo Bambang Yudhoyono mengambil alih kendali partai dan meminta Ketua Umum Anas Urbaningrum fokus pada masalah hukum yang dikaitkan dengannya.
Dalam sejumlah kesempatan, Anas menegaskan bahwa ia tidak dinonaktifkan dari jabatannya saat ini. Anas juga tetap melaksanakan tugasnya sebagai Ketua Umum, antara lain melantik pimpinan DPC Demokrat di Lebak, Banten.
"Mengatasi hal itu, kembali lagi pada SBY, apakah punya leadership atau tidak. Kalau ada, dia bisa ambil tindakan tepat dan tahu pemimpin memang tidak dilahirkan atau untuk menyenangkan semua orang," ujar Eduard.
Pengambilalihan kendali Partai Demokrat disampaikan oleh SBY selaku Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat melalui musyawarah Majelis Tinggi Partai, Jumat (8/2/2013). Hal itu dilakukan mengingat elektabilitas Demokrat terus anjlok hingga mencapai angka 8,3 persen dalam survei yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC).
Berita terkait dapat dilihat dalam topik "Kemelut Demokrat".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.