JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri berpendapat amendemen kelima UUD 1945 merupakan keniscayaan.
"Sebagai sebuah dokumen yang merupakan hasil kesepakatan, perubahan adalah keniscayaan," kata Megawati dalam pidato tertulis yang dibacakan Sekretaris Jenderal DPP PDIP Tjahjo Kumolo dalam acara Pekan Konstitusi di Sekretariat International Conference of Islamic Scholars (ICIS), Jakarta, Senin.
Hanya saja, kata Presiden RI ke-5 itu, amendemen tersebut harus dilakukan dengan hati-hati, tidak boleh serampangan, dan tidak boleh melepaskan dari sejarah pembentukannya. "Amendemen yang hanya digerakkan oleh kepentingan memperkuat kekuasaan, lebih-lebih jika kekuasaan itu digerakkan oleh paham individualisme, haruslah dipinggirkan dari agenda kebangsaan kita," katanya.
Menurut Megawati, ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi untuk mengamendemen kembali UUD 1945, antara lain amendemen harus mengembalikan lagi spirit UUD 1945, harus menjadi jalan untuk meluruskan kembali liberalisasi politik dan ekonomi yang telah mengaburkan gambaran ideal sebagai negara berdaulat berdasarkan Pancasila.
Amendemen, menurut Megawati, juga harus memastikan bangunan sistem pemerintahan negara yang berdaulat di bidang politik, ekonomi, dan kebudayaan.
Lebih dari segalanya, kata Megawati, amendemen harus mengembalikan lagi pentingnya garis-garis besar haluan negara.
"Sebab, negara tidak bisa dikelola hanya dalam kurun waktu lima atau 10 tahun masa jabatan melalui visi dan misi," tandasnya.
Dikatakannya, ide atau gagasan amendemen harus dijawab dengan sikap kenegarawanan dan dalam suatu pemahaman yang kuat terhadap Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara.
Menurut Megawati, sangat penting untuk mengkontemplasikan benang merah alur pikiran Bung Karno bersama pendiri bangsa lainnya, sehingga seluruh falsafah kenegaraan, suasana kebatinan, dan spirit perjuangan untuk membebaskan Indonesia dari segala bentuk penjajahan benar-benar dipahami secara menyeluruh.
"Dari kontemplasi yang terus menerus saya lakukan, saya merasa bahwa benang merah itu telah terputus. Kita menjadi bangsa yang mudah goyah dan terombang-ambingkan oleh pusaran gelombang kepentingan global," kata Megawati.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.