Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SBY: Jangan Menjadi Beban Presiden

Kompas.com - 14/10/2011, 05:58 WIB

Jangan jadi beban

Saat pertemuan, menurut Presiden, para ketua umum partai memberikan masukan. Masukan itu, antara lain, setelah reshuffle dilaksanakan, penggunaan APBN harus betul-betul tepat. Diperlukan kebersamaan antara pemerintah dan berbagai pihak untuk bekerja sama demi kepentingan rakyat sehingga kebijakan penganggaran tepat sasaran dan sesuai momentum.

Selain itu, para menteri mesti benar-benar bertanggung jawab, lebih fokus pada pekerjaannya. ”Jangan menjadi beban pemerintah, jangan menjadi beban Presiden,” ucap Yudhoyono.

Kabinet yang terbentuk setelah perombakan juga harus menjadi kabinet kerja. ”Meski ada beberapa menteri dari parpol, semua mengharapkan representasi parpol itu memiliki kapabilitas dan juga rekam jejak yang baik sehingga rakyat bisa percaya bahwa para menteri bekerja baik,” kata Presiden.

Mengenai penambahan wakil menteri, Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik Daniel Sparringa mengatakan, hal itu merupakan terobosan dan solusi untuk meningkatkan kinerja kementerian. ”Itu terobosan untuk mengatasi beberapa hal yang tidak bisa hanya dipenuhi oleh seorang menteri, apalagi kalau menterinya itu datang dari partai politik, datang dari suatu dunia yang memiliki keterkaitan langsung dengan posisi di kementerian itu,” katanya.

Terkait kritik bahwa kabinet menjadi semakin gemuk dan tidak efisien, menurut Daniel, setiap usaha selalu ada ongkos yang harus dibayar. ”Kita tahu tidak dapat dibandingkan antara hasil besar yang kami harapkan dengan hanya menambahkan seorang wakil menteri, apalagi dalam undang-undang hal itu dibenarkan,” katanya.

Menurut peneliti senior pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Syamsuddin Haris, penambahan jumlah wakil menteri tidak akan membuat kinerja pemerintahan lebih efisien. Langkah itu justru bisa membuat gemuk tubuh kabinet yang sudah gemuk sehingga kinerjanya menjadi lebih lamban.

Ia mengatakan, keberadaan wakil menteri dimungkinkan sebagaimana diatur dalam UU Kementerian Negara. Namun, pengisian jabatan itu harus sesuai kebutuhan, terutama ketika kementerian tersebut dinilai punya banyak beban kerja. Jika bebannya normal saja, semestinya seorang menteri sudah bisa bekerja dengan dibantu para pejabat eselon I yang menduduki posisi direktur jenderal atau sekretaris jenderal. ”Jika ada wakil menteri, lalu apa yang ditangani oleh para direktur jenderal?” katanya.

Secara terpisah, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Bahtiar Effendy menilai, penambahan wakil-wakil menteri itu wajar.

Dia mengakui, penambahan wakil menteri tidak serta-merta bisa menyelesaikan, tetapi mungkin bisa mengurai masalah. Syaratnya, wakil menteri itu harus diberi tugas yang jelas, rinci, dan benar-benar bisa membantu menteri, misalnya untuk melancarkan proses administrasi birokrasi dan hubungan dengan kementerian lain.

(NTA/IAM/WHY/DIK/ANO/BIL/NWO/ATO)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

    Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

    [POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

    Nasional
    Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

    Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

    Nasional
    Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

    Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

    Nasional
    Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

    Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

    Nasional
    Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

    Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

    Nasional
    Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

    Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

    Nasional
    Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

    Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

    Nasional
    Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

    Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

    Nasional
    Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

    Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

    Nasional
    Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

    Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

    Nasional
    Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

    Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

    Nasional
    KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

    KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

    Nasional
    Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

    Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com