Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antasari Minta Polri Usut SMS Ancaman

Kompas.com - 25/08/2011, 13:54 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Terpidana kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen, Antasari Azhar, meminta pihak kepolisian untuk menyelidiki ada tidaknya pesan singkat (SMS) bernada ancaman yang masuk ke ponsel milik Nasrudin, Direktur PT Putra Rajawali Banjaran. Hal itu dikatakan penasihat hukum Antasari, Maqdir Ismail, di Bareskrim Polri, Jakarta, Kamis (25/8/2011).

"Kita minta penyidik untuk menyelidiki apakah benar atau tidak SMS itu," kata Maqdir.

Laporan Antasari melalui kuasa hukumnya diterima dengan nomor LP/ 555 /VIII/ 2011 /Bareskrim.

Maqdir menjelaskan, pengusutan asal-usul SMS penting lantaran SMS itu menjadi salah satu pertimbangan majelis hakim dari tingkat pertama hingga kasasi ketika menghukum 18 tahun penjara kepada Antasari.

Padahal, kata Maqdir, SMS itu tidak dapat ditunjukkan jaksa penuntut umum dalam persidangan. Keterangan bahwa Antasari sebagai pengirim SMS hanya berdasarkan pengakuan saksi Etza Imelda dan Jeffry Lumampouw. Keduanya mengaku pernah membaca SMS itu.

Menurut penyidik, SMS itu berisi, "Maaf mas. Masalah ini yang tahu hanya kita berdua. Kalau sampai ter blow up, tahu sendiri akibatnya." SMS ini disebut dikirim Antasari setelah Nasrudin memergoki Antasari berduaan dengan Rani Juliani di Hotel Gran Mahakam, Jakarta.

"SMS ini lalu dihubungkan dengan fakta Nasrudin meninggal (dibunuh) atas suruhan Pak Antasari. Ini yang coba kita laporkan. Kita tidak mau bahwa SMS yang tidak jelas seperti ini dipercaya oleh masyarakat," kata Maqdir.

Maqdir menilai, ancaman itu tidak jelas setelah ditemukan adanya SMS ke ponsel Antasari dan Nasruddin dari nomor yang tidak jelas.

"Ada 45 SMS yang tidak jelas pengirimnya masuk ke HP Antasari. Ada 205 SMS masuk ke HP almarhum (Nasrudin) yang juga tidak jelas siapa pengirimnya. Bahkan, ada SMS yang dikirim dari HP Pak Antasari ke HP dia juga. Ini jelas ada sesuatu yang tidak beres," kata dia.

Berdasarkan keterangan Agung Harsoyo, ahli teknologi dan informasi dari Institut Teknologi Bandung, di persidangan, SMS seperti itu hanya bisa dikirim melalui web server seperti yang biasa digunakan untuk mengirim iklan. Maqdir meminta penyidik juga mengusut berbagai SMS itu.

"Dulu kita sudah minta pada pengadilan supaya web-nya dibuka sehingga kita lacak ini dari mana. Tapi, pengadilan tidak memberikan izin pada kami. Ini yang kita minta diselidiki. Kalau penggunaan web server itu memang betul dilakukan, siapa yang melakukan?" katanya.

Menanggapi hal ini, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Anton Bachrul Alam mengatakan, polisi akan menindaklanjuti laporan ini. "Semua ancaman melalui SMS bisa diselidiki karena kita kerjasama dengan provider," kata Anton di Mabes Polri, Jakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Rute Transjakarta 9F Rusun Tambora - Pluit

    Rute Transjakarta 9F Rusun Tambora - Pluit

    Nasional
    Tanggal 4 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 4 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Tanggal 3 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 3 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Sidang Perdana Hakim Agung Gazalba Saleh di Kasus Gratifikasi dan TPPU Digelar 6 Mei 2024

    Sidang Perdana Hakim Agung Gazalba Saleh di Kasus Gratifikasi dan TPPU Digelar 6 Mei 2024

    Nasional
    Respons MA soal Pimpinan yang Dilaporkan ke KY karena Diduga Ditraktir Makan Pengacara

    Respons MA soal Pimpinan yang Dilaporkan ke KY karena Diduga Ditraktir Makan Pengacara

    Nasional
    KY Verifikasi Laporan Dugaan Pelanggaran Etik Pimpinan MA, Dilaporkan Ditraktir Makan Pengacara

    KY Verifikasi Laporan Dugaan Pelanggaran Etik Pimpinan MA, Dilaporkan Ditraktir Makan Pengacara

    Nasional
    Terbaik di Jatim, KPK Nilai Pencegahan Korupsi dan Integritas Pemkot Surabaya di Atas Rata-rata Nasional

    Terbaik di Jatim, KPK Nilai Pencegahan Korupsi dan Integritas Pemkot Surabaya di Atas Rata-rata Nasional

    BrandzView
    Saksi Sebut SYL Bayar Biduan Rp 100 Juta Pakai Duit Kementan

    Saksi Sebut SYL Bayar Biduan Rp 100 Juta Pakai Duit Kementan

    Nasional
    Dukung Pemasyarakatan Warga Binaan Lapas, Dompet Dhuafa Terima Penghargaan dari Kemenkumham

    Dukung Pemasyarakatan Warga Binaan Lapas, Dompet Dhuafa Terima Penghargaan dari Kemenkumham

    Nasional
    Menginspirasi, Local Hero Pertamina Group Sabet 8 Penghargaan dari Kementerian LHK

    Menginspirasi, Local Hero Pertamina Group Sabet 8 Penghargaan dari Kementerian LHK

    Nasional
    Prabowo Terima Menhan Malaysia, Jalin Kerja Sama Industri Pertahanan dan Pertukaran Siswa

    Prabowo Terima Menhan Malaysia, Jalin Kerja Sama Industri Pertahanan dan Pertukaran Siswa

    Nasional
    Satgas Rafi 2024 Usai, Pertamina Patra Niaga Apresiasi Penindakan Pelanggaran SPBU oleh Aparat

    Satgas Rafi 2024 Usai, Pertamina Patra Niaga Apresiasi Penindakan Pelanggaran SPBU oleh Aparat

    Nasional
    TNI dan Perwakilan Militer Indo-Pasifik Gelar Perencanaan Akhir Latma Super Garuda Shield 2024

    TNI dan Perwakilan Militer Indo-Pasifik Gelar Perencanaan Akhir Latma Super Garuda Shield 2024

    Nasional
    Cegah Penyalahgunaan, Satgas Pangan Polri Awasi Distribusi Perusahaan Gula di Jawa Timur

    Cegah Penyalahgunaan, Satgas Pangan Polri Awasi Distribusi Perusahaan Gula di Jawa Timur

    Nasional
    Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali, Panglima Agus Minta Bais TNI Mitigasi Ancaman

    Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali, Panglima Agus Minta Bais TNI Mitigasi Ancaman

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com