Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rosihan Anwar dan Musim Gugur Jurnalisme

Kompas.com - 14/04/2011, 20:11 WIB

"The end of history, ndak bener menurut saya, tapi the end of ideology ada benarnya. Jadi karena tidak ada ideologinya, pers reformasi lalu asal hantam sana hantam sini," katanya.

Padahal ideologi itu ada. Di dalam Pancasila, terbayang ideologi itu, kata Rosihan Anwar. Tapi sekarang—dan ini mengherankan—orang tidak mau bicara tentang Pancasila. "Ambil saja satu dari Pancasila: rakyat masih menunggu hasil pekerjaan kamu. Tolong rakyat ini diselamatkan. Ini sudah ideologi pers."

Kebebasan pers, dan tiadanya lagi kekangan atas SIUPP, rupanya tak serta-merta membuat pers Indonesia hadir dengan nalar sehat dan jadi pandu masyarakat, jadi pedoman. Kompetisi antarperusahaan pers, pendangkalan akibat komersialisasi dengan mengangkat berita sensasional membuat pers kian bangkrut kredibilitasnya.

Padahal nyali dan elan vital wartawan dan perusahaan pers, persis ada di situ: kepercayaan publik.

Soekarno ke SBY

Itu sebabnya, generasi wartawan tua, yang mengalami zaman penjajahan, revolusi fisik, dan prakemerdekaan, tahu benar bahwa pelaku-pelaku sejarah Indonesia, para pemimpinnya, sungguh-sungguh memiliki kepribadian, memiliki outstanding. Dan pengalaman sosial dengan para tokoh sejarah itu membentuk mindset tertentu di kalangan wartawan.

Syahrir, Hatta, Soekarno, Panglima Besar Jenderal Soedirman, TB Simatupang, Jenderal Nasution, Sultan Hamengku Buwono IX, bagi Rosihan dan generasinya adalah sejumlah pelaku sejarah dengan integritas dan visi yang mengagumkan.

Para pelaku sejarah itu menjalin hubungan profesional dengan wartawan karena memiliki common ground yang sama.

"Syahrir baru saya kenal setelah dia menjadi perdana menteri sekitar tahun 1945, saat saya menjadi Redaktur Pelaksana Koran Merdeka. Terbuka lagi mata saya, vista baru. Umur 36 tahun sudah jadi PM. Dengan Hatta dan Soekarno saya bicara, kulturnya sama. Sebab kita pendidikan Barat, zaman Belanda. Kami cuma sekolah menengah atas (AMS), tapi saya bisa mengerti dia mengerti. Hal ini tidak dapat saya katakan pada Soeharto. Soeharto lain, dunianya lain, nggak ngerti saya. Jadi ada kesenjangan dengan Soeharto."

Yang tidak diperoleh generasi wartawan sekarang, menurut Rosihan, ialah pemimpin yang berbobot. Pemimpin yang ada, karakternya mungkin menarik, tapi tidak mencapai bobot seperti pemimpin zaman dulu.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    SYL Diduga Minta Uang ke Para Pegawai Kementan untuk Bayar THR Sopir hingga ART

    SYL Diduga Minta Uang ke Para Pegawai Kementan untuk Bayar THR Sopir hingga ART

    Nasional
    Delegasi DPR RI Kunjungi Swedia Terkait Program Makan Siang Gratis

    Delegasi DPR RI Kunjungi Swedia Terkait Program Makan Siang Gratis

    Nasional
    Hari Ke-11 Penerbangan Haji Indonesia, 7.2481 Jemaah Tiba di Madinah, 8 Wafat

    Hari Ke-11 Penerbangan Haji Indonesia, 7.2481 Jemaah Tiba di Madinah, 8 Wafat

    Nasional
    Ketua KPU Protes Aduan Asusila Jadi Konsumsi Publik, Ungkit Konsekuensi Hukum

    Ketua KPU Protes Aduan Asusila Jadi Konsumsi Publik, Ungkit Konsekuensi Hukum

    Nasional
    Sindir Bobby, PDI-P: Ada yang Gabung Partai karena Idealisme, Ada karena Kepentingan Praktis Kekuasaan

    Sindir Bobby, PDI-P: Ada yang Gabung Partai karena Idealisme, Ada karena Kepentingan Praktis Kekuasaan

    Nasional
    Eks Kakorlantas Polri Djoko Susilo Ajukan PK Lagi, Kilas Balik 'Cicak Vs Buaya Jilid 2'

    Eks Kakorlantas Polri Djoko Susilo Ajukan PK Lagi, Kilas Balik "Cicak Vs Buaya Jilid 2"

    Nasional
    JK Singgung IKN, Proyek Tiba-tiba yang Tak Ada di Janji Kampanye Jokowi

    JK Singgung IKN, Proyek Tiba-tiba yang Tak Ada di Janji Kampanye Jokowi

    Nasional
    Soal Peluang Ahok Maju Pilkada DKI atau Sumut, Sekjen PDI-P: Belum Dibahas, tetapi Kepemimpinannya Diakui

    Soal Peluang Ahok Maju Pilkada DKI atau Sumut, Sekjen PDI-P: Belum Dibahas, tetapi Kepemimpinannya Diakui

    Nasional
    Dukung Jokowi Gabung Parpol, Projo: Terlalu Muda untuk Pensiun ...

    Dukung Jokowi Gabung Parpol, Projo: Terlalu Muda untuk Pensiun ...

    Nasional
    PT Telkom Sebut Dugaan Korupsi yang Diusut KPK Berawal dari Audit Internal Perusahaan

    PT Telkom Sebut Dugaan Korupsi yang Diusut KPK Berawal dari Audit Internal Perusahaan

    Nasional
    Solusi Wapres Atasi Kuliah Mahal: Ditanggung Pemerintah, Mahasiswa dan Kampus

    Solusi Wapres Atasi Kuliah Mahal: Ditanggung Pemerintah, Mahasiswa dan Kampus

    Nasional
    Ketua KPU Bantah Dugaan Asusila dengan Anggota PPLN

    Ketua KPU Bantah Dugaan Asusila dengan Anggota PPLN

    Nasional
    Soal Kemungkinan Usung Anies di Pilkada DKI, Sekjen PDI-P: DPP Dengarkan Harapan Rakyat

    Soal Kemungkinan Usung Anies di Pilkada DKI, Sekjen PDI-P: DPP Dengarkan Harapan Rakyat

    Nasional
    DPR Pastikan Hasil Pertemuan Parlemen di WWF Ke-10 Akan Disampaikan ke IPU

    DPR Pastikan Hasil Pertemuan Parlemen di WWF Ke-10 Akan Disampaikan ke IPU

    Nasional
    Komisi II Pertimbangkan Bentuk Panja untuk Evaluasi Gaya Hidup dan Dugaan Asusila di KPU

    Komisi II Pertimbangkan Bentuk Panja untuk Evaluasi Gaya Hidup dan Dugaan Asusila di KPU

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com