JAKARTA, KOMPAS.com — Dengan mempertahankan kembali Golkar di dalam koalisi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dinilai mengambil langkah yang riskan. Golkar justru bisa makin bermanuver. Presiden Yudhoyono ternyata memberikan ciuman dan bukan hukuman kepada partai politik yang dinilai sudah menyimpang dari kesepakatan koalisi.
”Dengan posisi Presiden yang tak jelas, katanya ada partai yang mbalelo, tapi bukan diberi hukuman, malah ciuman, jadi jangan heran Golkar ke depan akan makin bisa mendikte Presiden,” kata pengamat politik, Yudi Latief di Gedung DPR, Kamis (10/3/2011).
Menurut Yudi, Presiden Yudhoyono bagai merangsang keliaran baru dengan memberikan posisi Golkar kembali. Hal ini disebabkan karena ketidaktegasannya sebagai seorang pemimpin.
Yudi bahkan menilai persoalan koalisi dan perombakan kabinet ini sebagai suatu kisah picisan yang memperdaya publik. ”Semuanya pepesan kosong, kalau katanya dalam rangka memperbaiki kinerja, itu omong kosong. Ini hanya mengukuhkan, logika itu diabaikan dan negara itu tak ada kepastian, hanya beringsut dari isu satu ke isu lain, rakyat menjadi korban,” katanya.
”Kalau soal kinerja selesai, tapi ujungnya adalah bagaimana bertahan terus sampai 2014. Dengan sikap buruk Presiden seperti ini, membuat negara tertawaan pada perbuatan-perbuatan partikular. Contohnya, dalam konflik antaragama, Presiden tak tegas, ancaman konflik kini berada di titik terbawah akan menimbulkan keliaran-keliaran baru karena ketegasan pemerintah tak ada,” tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.