Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Elite Demokrat Jangan Bikin Ribut!

Kompas.com - 10/03/2011, 15:32 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Politisi senior PDI-P Pramono Anung meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono seharusnya tegas mengambil keputusannya terhadap evaluasi koalisi maupun rencana perombakan kabinet (reshuffle) dan tak perlu mendengar "keributan" yang dilontarkan oleh elite Partai Demokrat yang dipimpinnya.

Menurutnya, elite Demokrat justru banyak menimbulkan keributan terkait rencana perombakan koalisi dan kabinet daripada memberi masukan. "Seharusnya partainya presiden sebagai pendukung utama presiden kan memberikan dukungan, harusnya tidak malah meributkan hal-hal yang tidak produktif. Harusnya menyejukkan, memberikan harapan kepada publik, memberikan dorongan, tidak kemudian malah masing-masing mempunyai agenda sendiri-sendiri," ungkapnya di Gedung DPR RI, Kamis (10/3/2011). (Baca: Betapa Buruknya Komunikasi Politik Demokrat)

Wakil Ketua DPR RI ini meminta Presiden lebih baik fokus terhadap proses pembangunan daripada terus melanjutkan polemik koalisi dan kabinet. Menurutnya, hiruk pikuk koalisi lebih baik diabaikan karena kekuasaan sebenarnya ada di tangan Presiden dalam melakukan reshuffle dan tindakan lainnya.

Menurutnya, evaluasi koalisi atau reshuffle sangat tergantung pada Presiden. Memang membutuhkan masukan, tapi bukan dari keributan yang dilontarkan elite Demokrat yang terjadi.

"Jadi saya termasuk yang berpandangan bahwa ribut-ribut kemarin itu tidak baik bagi Presiden untuk memilih orang-orang yang terbaik, yang katakanlah jika memang terjadi reshuffle, ya sudahlah berikanlah kesempatan kepada pemerintah dalam hal ini Presiden untuk mengevaluasi, merenung, memilih orang-orang yang memang pantas untuk dilakukan reshuffle," kata dia.

"Jadi, reshuffle bukan dilakukan karena gertak-menggertak, ancam-mengancam, tarik-menarik, yang menurut saya menjadi kontraproduktif. Jadi, apa pun hitung-hitungannya Presiden kan 3,5 tahun ke depan dia harus memerintah lebih baik," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

    Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

    [POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

    Nasional
    Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

    Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

    Nasional
    Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

    Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

    Nasional
    Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

    Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

    Nasional
    Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

    Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

    Nasional
    Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

    Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

    Nasional
    Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

    Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

    Nasional
    Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

    Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

    Nasional
    Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

    Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

    Nasional
    Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

    Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

    Nasional
    Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

    Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

    Nasional
    KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

    KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

    Nasional
    Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

    Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com