aku dengan perahu sampanku pernah sangat setia menyibak riak menyisir nostalgia kala angin semilir atau kencang kala mentari hangat atau menyengat dan air pasang dan air surut
begitulah terlalu aku menyanjung sampan menggauli tanjung
kerana bagiku riwayat sungai dan ketenangan amatlah berarti
tapi kenapa kau menggali lukaku sedalam kenangan sungai
Bulan
intiplah bulan itu, ukhti kerana ia tersenyum saat kurangkum dalamnya dekap
dan kau mulai bercerita dengan ceria tentang tempat yang purnama bisa makin ada makna “di kotaku” katamu ya, di kotamu di tubuh kotamu di tubuhmu
dan tidakkah kaulihat aku sudah mulai membuka pintu menatap kota menatap tubuh kota menatap tubuhmu
“ada makna” kataku dan kau tersenyum bersama bulan yang terlihat dan dalamnya dekap ya
Habiba dan Pencuri (1)