Tjitske Lingsma, seorang wartawan Belanda, dalam makalahnya mengkritik perilaku penjajahan Belanda habis-habisan. Ia juga mengkritik Perdana Menteri Belanda demisioner, Jan Peter Balkenende, yang membanggakan "masa kejayaan VOC". Ia juga menyinggung Westerling, serdadu Belanda yang banyak membantai warga Sulawesi Selatan.
Dan yang menarik pula ia mengecam sikap warga dan Pemerintah Belanda yang menuntut Jerman dan Jepang minta maaf, tapi segan minta maaf sama Indonesia. "Oleh karena itu, akan pantas bagi Pemerintah Belanda untuk meminta maaf atas suatu perbuatan yang tidak berlangsung bukan selama tiga tahun, tapi tiga abad," katanya.
Buku sejarah bersama Nyonya Joty ter Culve, seorang warga Belanda kelahiran Indonesia atau tepatnya Hindia Belanda, memuji warga Indonesia yang memiliki gagasan menyelenggarakan pertemuan ini. "You are a hero (Anda pahlawan)," katanya.
Alpha Amirrachman merasa puas atas kelancaran diskusi yang banyak mengungkap informasi ini. Ia membenarkan apa yang dikatakan Yoty ter Culve, pemimpin Yayasan Linggarjati itu. "Jadi ini upaya pertama yang digulirkan yang kebetulan dimulai oleh pihak Indonesia," tandasnya kepada Radio Nederland Wereldomroep.
Keputusan diskusi panel yang konkret adalah berupaya untuk menyusun buku sejarah bersama yang memuat dua versi: Indonesia dan Belanda. (Bari Muchtar)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.