Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setgab Bisa Batasi Kekuasaan Presiden

Kompas.com - 14/05/2010, 14:23 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar politik Maswadi Rauf berpendapat, keberadaan sekretariat gabungan atau setgab partai politik pendukung pemerintah bisa membatasi kekuasaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono karena keputusan harus disepakati lebih dulu anggotanya.

"Kalau koalisi mau efektif, harus ada forum komunikasi apa pun namanya, seperti sekber atau setgab, itu harus ada. Sekretariat gabungan inilah yang membicarakan pada tahap awal kebijakan-kebijakan yang akan dibuat oleh Presiden," ujarnya saat menjadi pembicara dalam satu diskusi di Gedung DPD Jakarta, Jumat (15/5/2010).

Kebijakan Presiden itu, menurut staf pengajar Fisip UI tersebut, harus dibicarakan dengan anggota fraksi sehingga dicapai sebuah kebijakan yang disetujui oleh semua anggota fraksi.

Lebih lanjut dikatakannya bahwa keberadaan setgab itu memang akan membatasi kekuasaan Presiden karena dia tidak bisa lagi membuat keputusan menurut dirinya sendiri, karena harus mendengarkan pula pandangan fraksi setiap partai yang menjadi anggota koalisi.

Selanjutnya, kalau anggota-anggota koalisi sudah saling bersepakat, maka menjadi kewajiban bagi semua fraksi di DPR untuk berpendapat sama dengan pimpinan mereka yang tergabung dalam setgab.

Lalu apakah keberadaan Setgab itu akan membatasi kebebasan berpendapat, Maswadi berpendapat, sebetulnya tidak karena setiap kebijakan pemerintah akan dibicarakan dengan setiap anggota dalam koalisi dan hal-hal yang sudah disetujui bersama saja yang dibuat keputusan.

Pada bagian lain, Maswadi mengatakan bahwa karena Indonesia menganut pula sistem multipartai, maka harus ada koalisi itu. Lain halnya kalau hanya punya dua partai seperti di Amerika Serikat sehingga tidak perlu ada koalisi itu.

Koalisi tanpa adanya forum komunikasi yang intensif diantara anggota partai-partai koalisi, menurut dia, maka koalisi tidak akan berjalan dengan baik.

Koalisi itu juga akan kesulitan menghasilkan kesepakatan terhadap kebijakan pemerintah sehingga yang muncul adalah kohabitasi, yakni partai-partai di DPR akan menjadi sandungan bagi Presiden dalam membuat kebijakan.

Mengenai kaitannya dengan penuntasan kasus Century, dia berpendapat, dalam konteks itu maka Partai Golkar yang salah strategi sehingga sementara SBY justru menang selangkah.

"Masyarakat menginginkan kasus Bank Century itu dituntaskan. Lalu ada kesan publik bahwa bahwa sekber koalisi ini adalah bagian dari usaha merangkul kembali Golkar, sehingga Golkar betul-betul tidak lagi berkeinginan meneruskan kasus Bank Century itu di KPK," katanya.

Jadi, ia menambahkan, ada persepsi masyarakat yang mencurigai Golkar.

"Ada keinginan yang hebat di dalam masyarakat untuk terus mengungkapkan kasus itu di KPK sehingga terbuka. Semua langkah itu (membentuk Setgab) terlanjur dianggap suatu permainan politik. Ini mungkin benar, mungkin tidak," demikian Maswadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com