Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib TKI, Diperas sampai Tetes Terakhir

Kompas.com - 02/11/2009, 05:22 WIB

Harga di fasilitas khusus pemerintah untuk pahlawan devisa itu bisa dikatakan sama dengan harga di sentra makanan di pusat perbelanjaan. Semangkok mi instan rebus dijual Rp 10.000 dan air mineral botol kecil seharga Rp 3.000.

Para TKI sudah lama menjerit soal tarif angkutan khusus yang mahal dan harga-harga yang mahal di GPK. Namun, pemerintah berkilah, tarif angkutan tinggi karena pengemudi bertanggung jawab mengantar TKI dan barang bawaannya agar selamat sampai di rumah.

Namun, sekali lagi, kenyataan tidak demikian. Bagi Latia (36), TKI yang mau pulang ke Cianjur, Jawa Barat, setelah ia sukses bekerja di Riyadh, Arab Saudi, pikirannya belum juga tenang meski telah membayar ongkos Rp 370.000. ”Biasanya di jalan atau kalau sampai di rumah masih minta lagi. Sedikitnya Rp 200.000,” ungkapnya gundah.

Sumina (35), TKI dari Nazran, Arab Saudi, yang duduk di sampingnya langsung menyergah, ”Jangan dibayar, Teh. Jangan mau (bayar) kalau mereka minta lagi. Kita, kan, sudah bayar ongkos mahal yang dijamin aman sampai ke rumah.” Dia sendiri harus membayar Rp 270.000 untuk ongkos mikrobus TKI ke Bandung. Sebagai gambaran, ongkos mikrobus milik perusahaan travel Cipaganti dari Terminal 1 Bandara Soekarno-Hatta hingga sampai ke rumah tujuan di Bandung adalah Rp 130.000 per penumpang.

”Maunya setelah kami kerja susah payah di luar negeri, jangan lagi ada (perlakuan) semacam ini di negeri sendiri. Di sana, kami harus mengganti barang yang rusak dengan potong gaji, majikan cerewet, kerjaan banyak, sampai kurang tidur. Kok sampai di sini masih dimintai uang ini-itu,” kata Latia.

Menurut Migrant Research Institute Trisakti yang dirilis di Jakarta, 8 Juni 2009, sejumlah organisasi nonpemerintah membuat penelitian sejak awal Agustus 2008-September 2009, TKI yang pulang lewat GPK Selapajang juga menjadi korban pelecehan seksual selain pemerasan. Seorang diplomat senior di Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Malaysia yang mengurusi pemulangan TKI bermasalah dengan lugas mengatakan, dia sebisa mungkin menghindari Bandara Soekarno-Hatta saat memulangkan TKI bermasalah yang sudah selesai proses hukumnya.

”Jika mereka asal Jawa Barat, saya cari tiket pesawat dari Kuala Lumpur ke Bandung. Kalau ke Cilacap, ya ke Semarang. Sebisa mungkin saya tidak menerbangkan mereka ke Bandara Soekarno-Hatta. Jangan mereka sudah selesai masalahnya di sini, malah terkena masalah lagi saat mendarat. Kasihan,” ujarnya.

Nasib TKI memang ironis. Pahlawan devisa yang mengirim Rp 80 triliun per tahun dengan berbagai tantangan di negara penempatan tetap tak bisa tenang walau pulang ke Tanah Air. Mereka harus memeras keringat lagi memenuhi permintaan oknum yang mestinya melindungi mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com