Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fadli Bantah Prabowo Berkewarganegaraan Ganda

Kompas.com - 15/06/2009, 21:12 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Sekretaris Umum Tim Kampanye Nasional Megawati-Prabowo, Fadli Zon, menyayangkan hingga sekarang masih saja ada pihak tertentu mencoba mendaur ulang isu-isu masa lalu untuk mengampanyehitamkan kandidat calon presiden-wakil presiden (capres dan cawapres) tertentu, dalam hal ini Prabowo Subianto.

Setelah sebelumnya Prabowo dikait-kaitkan dengan isu pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat masa lalu, sekarang cawapres itu, menurut Fadli, kembali difitnah memiliki kewarganegaraan ganda selain sebagai warga negara Indonesia (WNI).

Dalam jumpa pers di Megawati-Prabowo Media Center di Jakarta, Senin (15/6), Fadli melansir upaya fitnah terjadi dalam sebuah acara talk show di salah satu stasiun televisi swasta, yang ditayangkan Minggu malam. Dalam acara itu, Rachland Nashidik dari Imparsial menyatakan, Prabowo berkewarganegaraan ganda.

"Hal itu sama sama sekali tidak benar. Memang sepanjang tahun 1998-2000 Prabowo ada di Jordania. Dia ingin menghindari berbagai fitnah yang diarahkan kepada dirinya ketika itu," ujar Fadli.

Keberadaan Prabowo di negara itu, menurut Fadli, tidak lepas pula dari fakta kedekatannya dengan Raja Jordania ketika itu, yang sama-sama memiliki latar belakang komandan pasukan khusus dari negara masing-masing. Fadli membenarkan, pada tahun 1999 memang ada tawaran kepada Prabowo untuk beralih kewarganegaraan dan juga untuk menjadi Ketua Dewan Penasihat Militer Kerajaan Jordania.

"Tidak hanya dari Jordania, tawaran menjadi warga negara juga disampaikan dari negara lain. Namun, semua tawaran itu ditolak Prabowo karena memang masih ingin mempertahankan status kewarganegaraannya sebagai WNI, negara tempatnya dilahirkan dan dibesarkan. Dengan begitu tuduhan Rachland tersebut tidak benar," ujar Fadli.

Lebih lanjut Fadli mengaku curiga upaya kampanye hitam itu dilancarkan dan dipesan oleh pihak pesaing, yang mulai merasa khawatir popularitas jago mereka turun akibat tersaingi oleh pasangan kandidat, Megawati-Prabowo. Fadli juga mengkritik para tokoh dan lembaga swadaya masyarakat (LSM), yang menurutnya seharusnya bersikap netral serta menjadi kekuatan masyarakat sipil daripada terjebak menjadi alat politik pasangan kandidat tertentu.

Fadli bahkan mengaku telah menerima pesan singkat adanya rencana pertemuan sejumlah tokoh dan LSM di kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) akhir Juni mendatang, yang sebetulnya upaya penggalangan kekuatan. Upaya menggalang kekuatan itu dilakukan untuk menyerang kandidat tertentu, seperti Wiranto dan Prabowo, dengan kembali mengusung isu pelanggaran HAM.

Terkait pernyataan Rachland, Fadli menegaskan, tim kuasa hukum Megawati-Prabowo tengah mengkaji kemungkinan membawa masalah itu ke meja hijau. Saat dihubungi terpisah per telepon, Rachland menegaskan, dirinya dalam acara talk show itu sekadar meminta kejelasan soal status kewarganegaraan Prabowo Subianto, yang menurutnya pernah diberitakan menerima tawaran kewarganegaraan dari Kerajaan Jordania.

"Saya hanya sampaikan di masa kampanye ini semua fakta yang masih belum jelas terkait semua kandidat capres-cawapres harus dijelaskan. Dalam konteks Prabowo, dia punya kewajiban menjelaskan fakta yang terjadi tahun 1998 ketika Kerajaan Jordania menawari dia status warga negara Jordania," ujar Rachland.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Biaya Ibadah Umrah dan Kurban SYL pun Hasil Memeras Pejabat Kementan

Biaya Ibadah Umrah dan Kurban SYL pun Hasil Memeras Pejabat Kementan

Nasional
SYL Sebut Perjalanan Dinas Atas Perintah Presiden untuk Kepentingan 280 Juta Penduduk

SYL Sebut Perjalanan Dinas Atas Perintah Presiden untuk Kepentingan 280 Juta Penduduk

Nasional
DKPP Sebut Anggarannya Turun saat Kebanjiran Kasus Pelanggaran Etik

DKPP Sebut Anggarannya Turun saat Kebanjiran Kasus Pelanggaran Etik

Nasional
Lima Direktorat di Kementan Patungan Rp 1 Miliar Bayari Umrah SYL

Lima Direktorat di Kementan Patungan Rp 1 Miliar Bayari Umrah SYL

Nasional
DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik, Diprediksi Terus Bertambah Jelang Pilkada

DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik, Diprediksi Terus Bertambah Jelang Pilkada

Nasional
KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait 'Food Estate' Ke Kementan

KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait "Food Estate" Ke Kementan

Nasional
Pejabat Kementan Tanggung Sewa 'Private Jet' SYL Rp 1 Miliar

Pejabat Kementan Tanggung Sewa "Private Jet" SYL Rp 1 Miliar

Nasional
Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Nasional
Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Nasional
MK Jadwalkan Putusan 'Dismissal' Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

MK Jadwalkan Putusan "Dismissal" Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

Nasional
Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Nasional
Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Nasional
[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

Nasional
Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com