JAKARTA, SENIN - Ketersediaan peralatan teknis di sekolah menengah kejuruan atau SMK guna mendukung pembelajaran produktif siswa masih minim. Selain kuantitasnya yang belum memadai jika dibandingkan jumlah siswa, peralatan yang ada juga belum sepenuhnya sesuai standar dunia usaha dan industri.
Siswa SMKN 29 Jakarta yang belajar bidang keahlian perawatan pesawat terbang, misalnya, menghadapi kendala untuk mengetahui sistem kerja pesawat terbang yang sesungguhnya di sekolah. Mesin kedua pesawat DC-3 dan pesawat tempur Harvard yang dipakai untuk praktik siswa sejak tahun 1970-an sudah tidak berfungsi.
"Untuk pengenalan dasar-dasar teknis sebuah pesawat masih bisa dilakukan di sekolah. Tapi tentu saja teknologinya sudah jauh ketinggalan dengan pesawat yang ada sekarang. Jadi, untuk kompetensi siswa sangat terbatas jika hanya mengandalkan peralatan yang ada di sekolah," kata Wurdono, Kepala SMKN 29 Jakarta, Senin (8/9).
Keterbatasan peralatan juga dialami SMKN 1 Bojong Picung, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Di sekolah kejuruan bidang pertanian ini belum tersedia peralatan dan laboratorium kultur jaringan.
Padahal, laboratorium itu dibutuhkan untuk bisa menguji mutu benih dan daya tumbuh kecambah sebelum tanaman diujicobakan ke lapangan. Untuk bisa praktik kultur jaringan, siswa SMK dengan bidang keahlian teknologi benih tersebut secara rutin mendatangi balai pertanian yang ada di Cianjur.
"Kami terbantu dengan izin magang harian yang diberikan balai pertanian di sini. Dengan anggaran yang terbatas, kami sedang mencari-cari peralatan untuk laboratorium kultur jaringan yang sesuai standar industri, tapi harganya terjangkau," kata Iwan Ridwansyah, Kepala SMKN 1 Bojong Picung, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Fasilitas komputer yang tersedia di sekolah itu juga masih minim. Sebanyak enam komputer yang sudah terkoneksi internet digunakan secara bergilir oleh 520 siswa.
Di SMK Bina Siswa Jakarta, siswa yang mempelajari keahlian elektronika terpaksa bergiliran menggunakan alat seperti bor duduk dan aschiloskop (alat pengukur sinyal gelombang) karena jumlahnya hanya satu unit. "Guna menghemat biaya praktik, siswa menggunakan komponen kapasitor bekas kakak kelas mereka. Kompetensi siswa untuk merakit elektronika digital yang saat ini berkembang sangat terbatas," kata Dwi Pujiono, guru SMK Bina Siswa.
Direktur Pembinaan SMK Depdiknas Joko Sutrisno mengatakan keterbatasan peralatan yang belum memenuhi standar tersebut menjadi salah satu kendala untuk meningkatkan kualitas SMK. Karena itu, peningkatan anggaran SMK pada 2009 yang naik dua kali lipat menjadi Rp 3,8 triliun akan difokuskan untuk pengadaan dan pembaruan sejumlah peralatan di SMK.
"Sebanyak 5.000 SMK negeri dan swasta akan mendapat kucuran subsidi pengadaan dan pembaruan peralatan," kata Joko.
Marlock, Koordinator Lapangan Forum Peduli Pendidikan Pelatihan Menengah Kejuruan Indonesia, mengatakan keterbatasan pemerintah dan sekolah menyediakan peralatan terkini itu bisa disiasati dengan menggalang kerja sama SMK-industri. "Mengajak perusahaan untuk mau menerima magang siswa sebagai salah satu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan, bisa mendukung peningkatan mutu SMK," kata Marlock.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.