JAKARTA, KOMPAS.com - Sebuah buket bunga tiba di kediaman Ketua Umum PDI Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (23/1/2024). Tampak ada bunga anggrek bulan berwarna ungu, mawar putih, lili, dan baby breath.
Rupanya, bunga tersebut dikirimkan oleh Presiden Joko Widodo. Bunga itu dikirim bertepatan dengan hari ulang tahun ke-77 Megawati.
Ada pula ucapan singkat dari Jokowi di atas karangan bunga tersebut, "Selamat ulang tahun Ibu Megawati Soekarnoputri. Dari: Presiden Joko Widodo”.
Bunga ini dikirim di tengah sinyal keretakan hubungan Jokowi dengan Megawati dan PDI-P. Kerenggangan itu tak lepas dari putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, yang menjadi calon wakil presiden (cawapres) pendamping calon presiden (capres) Prabowo Subianto.
Sejak saat itu, Jokowi kerap absen dari sejumlah agenda besar PDI-P. Misalnya, ketika Megawati mengumumkan Mahfud MD sebagai cawapres pendamping capres Ganjar Pranowo pada 18 Oktober 2023 lalu, Jokowi justru melawat ke China dan Arab Saudi.
Presiden juga tak hadir dalam acara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-51 PDI-P pada 10 Januari 2024 kemarin. Ia memilih melakukan kunjungan kenegaraan ke Filipina, Vietnam, dan Brunei Darussalam.
Belum lama ini, sempat beredar kabar bahwa Jokowi hendak bertemu dengan Megawati. Namun, desas-desus tersebut dibantah PDI-P maupun pihak Istana Kepresidenan.
Lantas, adakah makna politik di balik bunga yang dikirim Jokowi untuk Megawati?
Analis komunikasi politik dari Universitas Padjadjaran Kunto Adi Wibowo menilai, bunga yang diberikan ke Megawati oleh Jokowi menunjukkan sopan santun dalam berpolitik. Sebab, sekalipun hubungan dua elite politik tersebut renggang, Jokowi masih tercatat sebagai kader PDI-P.
“Kalau menurut saya, Pak Jokowi mengirimkan bunga kepada Bu Megawati di hari ulang tahun itu semacam kepantasan dan kepatutan, juga semacam penghormatan kepada Ibu Megawati. Ini courtesy, semacam kesopanan, kesantunan, dalam hubungan antarelite politik,” kata Kunto kepada Kompas.com, Rabu (24/1/2024).
“Ini pesannya Pak Jokowi ke Bu Mega adalah Pak Jokowi menghormati Bu Mega dan mungkin berusaha untuk mencairkan hubungan mereka yang sangat dingin akhir-akhir ini,” ujar Kunto.
Boleh jadi, pemberian bunga tersebut juga memiliki tujuan politik, baik itu terkait pemilu presiden (pilpres) maupun pemilu legislatif (pileg).
Namun, Kunto menyebut, terlalu jauh jika mengasumsikan bunga ini menunjukkan upaya pendekatan kembali Jokowi ke Megawati maupun PDI-P. Pasalnya, dinamika politik masih sangat cair.
“Kita enggak bisa langsung menafsirkan dari satu kejadian ini saja bahwa Pak Jokowi sedang berusaha mendekati Bu Mega,” kata Kunto.
“Terlalu jauh untuk kita menerka-nerka karena urusan elite ini banyak dan politik ini kan besok kawan, hari ini bisa jadi lawan, dan besok bisa jadi kawan lagi, sangat mungkin itu terjadi,” tuturnya.
Namun, Kunto yakin, pemberian bunga ini merupakan upaya Jokowi untuk memberi kesan stabilitas politik. Apalagi, belakangan muncul isu-isu liar terkait pemerintahan, salah satunya wacana mundurnya sejumlah menteri.
Kepala Negara dinilai tengah membangun kepercayaan publik demi menghindari konflik politik yang lebih besar, yang bisa berimbas ke pemerintahan.
“Karena problemnya adalah problem legitimasi. Ketika partai pendukungnya yang terbesar yaitu PDI-P, bahkan partai yang menjadi tempat Presiden besar itu kemudian menarik dukungan dan secara politik berhadap-hadapan dengan Presiden, tentu saja ini ada problem legitimasi,” kata Kunto.
Lebih dari itu, lanjut Kunto, tak kalah penting mencermati respons Megawati dan elite PDI-P, apakah upaya Jokowi ini dianggap sebagai basa-basi atau upaya rekonsiliasi.
“Bagaimana respons Bu Mega dan PDI-P terhadap gestur ini, apakah akan dianggap angin lalu, sebagai basa-basi, atau yang serius,” tuturnya.
https://nasional.kompas.com/read/2024/01/24/13142031/kiriman-bunga-jokowi-ke-megawati-sopan-santun-politik-atau-upaya-pendekatan