Salin Artikel

Sinyal Kuat dari Jokowi untuk Ganjar

BEGITU kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada para relawannya terkait sosok yang akan meneruskan kepemimpinannya selepas 2024 nanti.

Pernyataan itu disampaikan Jokowi dalam acara Gerakan Nusantara Bersatu yang diikuti oleh ribuan relawan dari berbagai daerah di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta, Sabtu (26/10/2022).

Lebih lanjut Jokowi mengingatkan, "...pemimpin yang mikirin rakyat itu kelihatan dari mukanya. Dari penampilannya itu kelihatan, banyak kerutan di wajahnya karena mikirin rakyat, ada juga yang mikirin rakyat sampai rambutnya putih semua, ada! Ada itu," ungkap Jokowi sambil tersenyum.

Di balik senyum itu, sejatinya Jokowi sedang melempar tanda-tanda. Seketika khalayak menafsir tanda-tanda dimaksud.

Bagi para pengkaji budaya, biasanya menafsir dengan cara menganalisis tanda-tanda dengan semiotika. Sebab, semiotika mampu melakukan analisis lintas disiplin. Semiotika ini memberikan hasil data yang beragam untuk memudahkan kesimpulan.

Secara teori, semiotika merupakan disiplin ilmu yang menelaah tanda, termasuk simbol, indeks, maupun ikon.

Acap kajian semiotika meneropong karya seni, termasuk sastra, desain, tari, dan film. Namun begitu, banyak juga yang menggunakannya untuk membaca komunikasi verbal maupun non-verbal.

Dalam hal pernyataan Jokowi, semiotika dimaksudkan untuk mengungkapkan tujuan komunikasi pikiran, perasaan, atau ekspresi apa saja yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo. Terutama pernyataan kepada para relawannya.

Semiotika akan melihat dulu tanda-tanda yang dilempar Jokowi, yaitu istana dan rambut putih.

Istana merupakan tanda atau sign bagi seseorang yang berarti sesuatu yang lain dengan lainnya. Maksudnya, tidak semua orang bisa dilekatkan tanda istana ini.

Atau sebaliknya, hanya penguasa elite yang sesuai memperoleh penanda istana ini.

Sekaligus istana merupakan simbol bagi kelas elite. Kelas yang dianggap jauh dengan rakyat. Atau kalaupun punya niatan untuk merakyat, yang tampak kemudian adalah kaku, tidak natural dan terkesan dibuat-buat. Akibatnya jadi bulan-bulanan netizen.

Akan menjadi jelas sosok yang dimaksud Jokowi ketika tanda istana ini dilawankan rambut putih.

Siapapun mudah menafsirkan tanda rambut putih. Apalagi si rambut putih ini lepas dari simbol istana.

Dia dianggap lebih merakyat dengan gaya khas ketika blusukan. Natural dan akrab dengan netizen karena cara bermedsos tidak formal-formal amat.

Memang, istana lebih konotatif, masih mengandung tafsir luas. Sementara rambut putih jelas denotatif.

Manakala nama Ganjar Pranowo muncul, maka tanda istana adalah milik "lawan" Ganjar. Bicara lawan, pertama kali terlintas adalah lawan terdekat Ganjar, yaitu Puan Maharani.

Ini lawan di dalam rumah. Jokowi menggiring relawan untuk mengerucut ke dalam rumah dulu. Hal ini terbaca pada dua tanda tadi: istana dan rambut putih.

Dengan demikian, sah saja jika masyarakat - terutama para pengamat politik - beranggapan bahwa Jokowi lebih memberi sinyal kuat kepada Ganjar ketimbang Puan Maharani.

Tidak ada pernyataan terbuka dan blak-blakan dari Jokowi, tetapi semiotika membantu kita untuk menemukan nama yang dimaksud Jokowi.

Sinyal kuat itu sangat membantu para relawan Jokowi untuk bertindak di lapangan. Pada akhirnya, mereka yang berlabel relawan Jokowi bisa saja akan bertindak pula sebagai relawan Ganjar.

Itulah pembacaan semiotika. Pelan-pelan sikap Jokowi terhadap kandidat Capres 2024 kian jelas. Atas nama pembangunan berkelanjutan, maka relawan, pendukung hingga simpatisan Jokowi sudah diberi satu nama yang layak dipertimbangkan.

https://nasional.kompas.com/read/2022/11/28/05534751/sinyal-kuat-dari-jokowi-untuk-ganjar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke