Salin Artikel

“On Eternal Patrol”, KRI Nanggala-402 Kini Menjaga Laut Indonesia untuk Selamanya…

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto pun menyatakan status KRI Nanggala-402 yang tadinya hilang naik menjadi tenggelam (subsunk).

Usai menyatakan status tenggelamnta KRI Nanggala-402, esoknya pada Minggu (25/4/2021) sore, Hadi dengan suara tercekat dan muka tertunduk mengumumkan gugurnya anggota Korps Hiu Kencana yang merupakan julukan dari Satuan Khusus Kapal Selam Koarmada II TNI AL.

Mereka adalah 53 putra terbaik Bangsa Indonesia yang mengawaki KRI Nanggala-402 yang kini telah berpatroli dalam keabadian.

On eternal patrol, Kapal selam yang telah mengabdi selama 40 tahun itu akhirnya mengabdi untuk selamanya dalam keabadian demi menjaga laut Indonesia.

Kiprah KRI Nanggala-402

Pada 40 tahun lalu, tepatnya di tahun 1981, kapal selam buatan Jerman itu tiba di Indonesia. Kapal tersebut diserahkan oleh Jerman pada 6 Juli 1981 bersama dengan Kapal Cakra.

Penyerahan tersebut dilakukan setelah kapal menempuh percobaan pelayaran dan penyelaman di Jerman Barat selama beberapa waktu

Kapal dibawa dari Jerman menuju perairan Indonesia oleh Letkol Laut Armand Aksyah bersama 38 orang kru menuju tanah air sekitar awal Agustus 1981. KRI Nanggala ketika itu diharapkan mampu menggantikan kapal selam buatan Rusia yang saat itu sudah tua.

Sebelum kehadiran Nanggala, Indonesia memiliki 12 kapal selam buatan Rusia, yang ketika itu hanya tinggal satu yang masih bisa beroperasi yakni KRI Pasopati.

Salah satu aktivitas kapal selam Nanggala-402 yang masih sempat tercatat adalah saat ia menjadi kapal selam yang diluncurkan saat sengketa Indonesia-Malaysia di Blok Ambalat.

Melansir Kompas.id, tugas KRI Nanggala pada Mei 2005 adalah menjadi ujung tombak atau bersiap-siap, jika terjadi apa-apa maka KRI Nanggala akan maju.

Diawaki pasukan berjuluk Hiu Kencana

KRI Nanggala-402 diawaki oleh para prajurit TNI AL khusus yang tergabung ke dalam Satuan Kapal Selam (Satkalsel) Koarmada II yang dijuliki Korps Hiu Kencana.

Adapun Korps Hiu Kencana atau Satkalsel Koarmada II didirikan pada 12 September 1959. Satuan kapal selam itu berdiri berbarengan dengan tibanya dua kapal selam Whiskey buatan Rusia.

Kedatangan kapal selam Whiskey menjadi cikal bakal terbentuknya Korps Hiu Kencana.
Sejak 1959 hingga 1962, Indonesia total mendatangkan 12 kapal selam. Kepemilikan 12 kapal selam itu menjadikan militer Indonesia disegani oleh negara lainnya.

Di masa pengadaan 12 kapal selam tersebut, Indonesia juga melatih para prajurit yang kelak mengoperasikan alat utama sistem pertahanan negara (alustsista) strategis tersebut.

Para prajurit TNI yang diproyeksikan bakal mengoperasikan kapal selam dikirim untuk menimba ilmu di Gdansk, Polandia dan Vladivostok, Rusia, yang menjadi pangkalan kapal selam terbesar tentara Negeri Beruang Merah itu.

Beragam operasi strategis berhasil dilaksanakan oleh Korps Hiu Kencana yang mengoperasikan kapal selam TNI AL.

Dikutip dari situs resmi TNI AL, Korps Hiu Kencana dilibatkan pada operasi Trikora dalam rangka merebut Irian Barat pada tahun 1962, melalui operasi pengintaian dan operasi menyusupkan pasukan khusus ke daratan Irian Barat tanpa terdeteksi oleh pihak Belanda.

Operasi yang melibatkan kapal selam tersebut membuat berhasil membuat Belanda mengurungkan niatnya untuk berperang secara terbuka dengan Indonesia, dan pada akhirnya mengakui Irian Barat sebagai bagian dari Tanah Air.

Selain itu, dikutip dari situs resmi TNI, Korps Hiu Kencana juga dilibatkan dalam Operasi Gugus Tugas X pada 1965-1966. Operasi tersebut merupakan operasi bersama kapal selam milik Angkatan Laut Pakistan.

Operasi ini berhasil meletakkan dasar-dasar persaudaraan antara Pakistan dengan Indonesia. Presiden Pakistan Ayub Khan bahkan secara pribadi memberikan penghargaan yang tinggi kepada segenap anggota Gugus Tugas X tersebut.

Pada Operasi Halilintar tahun 1979, kapal selam yang dinakhodai awak Korps Hiu Kencana juga berhasil memberantas penyelundupan di Selat Malaka. Saat itu marak terjadi penyelundupan bahan baku dari Indonesia ke Malaysia dan Singapura.

Selain itu Korps Hiu Kencana juga terlibat dalam pengamanan arus pengungsi dari Vietnam ke Indonesia di Laut China Selatan. Korps Hiu Kencana juga turut menjadi garda terdepan saat terjadi konflik antara Indonesia dan Malaysia dalam sengketa Blok Ambalat.

Tidak sembarang orang bisa menjadi anggota korps Hiu Kencana. Untuk menjadi "hiu", dibutuhkan mental yang kuat.

Personel dituntut harus bisa menyelam selama berhari-hari, dalam artian berada dalam ruang tertutup berukuran kecil, sementara tugas harus berhasil beserta dengan risiko yang menyertainya.

Karenanya, Korps Hiu Kencana memiliki moto "Wira Ananta Rudhira" yang artinya tabah sampai akhir.

Sehingga, tak ayal rasanya jika Korps Hiu Kencana disebut sebagai pasukan khusus. Setelah dua tahun berdinas di TNI AL, seorang prajurit baru bisa mengajukan diri untuk dites.

Menuju keabadian

Kini KRI Nanggala-402 beserta para prajurit Hiu Kencana yang mengawakinya telah berada tempat persemayaman terakhir yang sejak awal merupakan rumah mereka, yakni laut Indonesia.

Meski badan KRI Nanggala-402 terbelah menjadi tiga dan kini berada di kedalaman 838 meter dari permukaan laut, semangatnya sebagai penjaga laut Indonesia tak akan pernah padam.

KRI Nanggala-402 beserta jiwa 53 prajurit Hiu Kencana yang mengawakinya kini melakukan patroli terakhir untuk selamanya yakni patroli dalam keabadian. On eternal patrol, selamat bertugas dalam keabadian…

https://nasional.kompas.com/read/2021/04/26/12413431/on-eternal-patrol-kri-nanggala-402-kini-menjaga-laut-indonesia-untuk

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke