Menurut Karen, penyidik kejaksaan menanyakan soal pendapatan tersebut kepada saksi yang diperiksa.
Hal itu dikatakan Karen dalam persidangan terhadap dirinya di Pengadilan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Kamis (2/5/2019).
"Kenapa pendapatan saya sebagai Dirut Pertamina jadi sesuatu yang konsen dalam BAP ini. Padahal kasus ini kan soal ROC," kata Karen kepada majelis hakim.
Dalam persidangan, jaksa menghadirkan tiga orang saksi. Salah satunya adalah Siwi Harjanti yang merupakan mantan Junior Officer Pertamina.
Menurut Karen, dalam berita acara pemeriksaan (BAP), Siwi ditanya oleh penyidik mengenai jumlah pendapatannya.
Selain itu, penyidik juga menanyakan seputar dana yang dikeluarkan Karen untuk membiayai anaknya saat menempuh pendidikan di luar negeri.
Jaksa juga menanyakan penukaran uang yang pernah dilakukan Karen. Menurut Karen, pertanyaan penyidik yang memperdalam soal pendapatan dan pengeluarannya saat itu seolah-olah mencurigai dirinya.
Menurut Siwi, sejak 2008 hingga 2014, Karen memiliki pendapatan sekitar Rp 21,8 miliar. Menurut Karen, pendapatannya bahkan jauh melebihi jumlah yang diketahui Siwi.
Selain sebagai Dirut Pertamina, Karen juga memiliki pendapatan sebagai komisaris. Kemudian, beberapa tunjangan yang nilainya miliaran rupiah per tahun.
"Apakah saya dianggap aneh kalau bisa sekolahkan anak saya di Australia dan menantu saya?" kata Karen.
Selain itu, Karen juga keberatan pendapatannya ditanyakan kepada saksi. Sebab, kasus yang dia hadapi tidak ada kaitan dengan pendapatannya.
Adapun, kasus yang dihadapi Karen ini terkait kebijakan Pertamina melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Energi (PHE) yang melakukan akuisisi saham sebesar 10 persen terhadap Roc Oil Ltd, untuk menggarap Blok Basker Manta Gummy (BMG) Australia tahun 2009.
"Kalau saya gaji Rp 50 miliar lalu punya aset Rp 250 miliar, itu jadi tanda tanya. Tapi kalau gaji saya Rp 100 miliar, lalu aset saya Rp 35 miliar kan itu wajar," kata Karen.
https://nasional.kompas.com/read/2019/05/02/13365931/karen-keberatan-pendapatannya-saat-jadi-dirut-pertamina-dipersoalkan