Salin Artikel

Kata-kata Jokowi Dianggap Bukti Komitmen Perkuat KPK, soal Tindakan...

Sebanyak 76,9 persen responden menyatakan demikian.

Menanggapi hasil survei tersebut, Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi Universitas Gadjah Mada (Pukat UGM) Zainal Arifin Mochtar memandang dalam hal pernyataan, Jokowi memang punya sikap untuk memperkuat KPK.

Sampai saat ini, lanjut dia, serangan terhadap KPK "dimentahkan" oleh Jokowi. Lewat pernyataan, kata Zainal, Presiden tidak pernah menyetujui bentuk pelemahan KPK.

"Artinya komitmennya itu lumayan. Karena enggak ada itu (serangan ke KPK) yang diiyakan," kata Zainal saat dihubungi Kompas.com, Selasa (12/9/2017).

"Selalu dia menegaskan, misalnya dikatakan KPK akan dilemahkan, dia bilang enggak. KPK akan dibekukan, dia bilang enggak. Jadi kalau dari segi kata-kata, iya (berkomitmen memperkuat KPK)," ujar dia.

Akan tetapi, lanjut Zainal, jika menilik dari tindakan, barangkali dalam hal untuk memperkuat KPK, masih menjadi catatan besar untuk Jokowi.

Dalam hal tindakan, yang baru dilakukan Jokowi dengan baik, menurut dia, dalam menolak revisi Undang-Undang KPK yang lama.

"Tetapi kalau dalam penguatan, yang lain ini yang belum tampak," ujar Zainal.

Zainal pun menyoroti Jokowi yang dianggap membiarkan terhadap aksi yang dikhawatirkan sebagai bentuk pelemahan KPK.

Misalnya, Jokowi dan pemerintahannya terkesan membiarkan proses angket terhadap KPK. Keterangan pemerintah soal angket KPK pun, lanjut dia, terkesan mengambang.

"Bahkan pembentukan tim investigasi kasus Novel misalnya tidak diiyakan. Yang begini-begini ini bisa mengindikasikan bahwa ada standar yang berbeda dari ucapan Presiden yang mendukung KPK itu," ujar Zainal.

Alasan Jokowi tidak dapat mencampuri masalah angket juga dinilainya kurang tepat. Jika melihat ada tindakan yang keliru secara peraturan perundang-undangan dan dibiarkan oleh pemerintah, dengan alasan bahwa pihak itu sedang menjalankan kewenangan, menurut dia salah.

Pemerintah, kata dia, tetap punya kewajiban untuk menegur atau meluruskan.

"Yang dilarang itu kalau penegakan hukumnya sudah benar, ya diintervensi, nah itu yang tidak boleh dilakukan. Tapi kalau menegakkan hukumnya jelas-jelas salah dan keliru, intervensi dalam batas wajar menjadi penting," ujar Zainal.

Hal kedua yang bermasalah, lanjut Zainal, yakni gerbong pemerintahan Jokowi, yang dipertanyakan komitmennya terhadap penguatan KPK.

Kasus pernyataan Jaksa Agung Muhammad Prasetyo misalnya, yang belakangan menuai kritik.

"Beberapa pernyataannya (Jaksa Agung) menurut saya tidak menunjukkan orang yang sedang geram dengan korupsi dan ingin mendukung kuat pemberantasan korupsi," ucap Zainal.

"Karena bahasanya itu menyepelekan OTT (operasi tangkap tangan) dan sebagainya, itu bahasa yang tidak pas," ujar dia.

Dia berharap Jaksa Agung menyesuaikan pernyataannya dengan Presiden, bukan malah berbeda pandangan dengan Presiden. Kesimpulan Zainal dari survei ini, dia setuju beberapa tindakan dan kata-kata Jokowi yang sudah mendukung penguatan KPK.

"Tapi kalau Jokowi-nya secara keseluruhan kita compare dengan tindakan yang lain, lalu kemudian pembiaran dia terhadap anak-anak buahnya dan partai pendukungnya untuk menyikat KPK, itu yang saya ingin pertanyakan sebaliknya, di mana makna dukungan itu," ujar Zainal.

https://nasional.kompas.com/read/2017/09/12/17242121/kata-kata-jokowi-dianggap-bukti-komitmen-perkuat-kpk-soal-tindakan

Terkini Lainnya

Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Nasional
Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Nasional
Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Nasional
Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Nasional
Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Nasional
Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Nasional
Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
9 Kabupaten dan 1 Kota  Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

9 Kabupaten dan 1 Kota Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

Nasional
KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat 'Dirawat Sampai Sembuh'

KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat "Dirawat Sampai Sembuh"

Nasional
BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

Nasional
PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

Nasional
KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

Nasional
BNPB: 4 Orang Luka-luka Akibat Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut

BNPB: 4 Orang Luka-luka Akibat Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut

Nasional
Prahara di KPK: Usai Laporkan Albertina Ho, Nurul Ghufron Dilaporkan Novel Baswedan Cs Ke Dewas

Prahara di KPK: Usai Laporkan Albertina Ho, Nurul Ghufron Dilaporkan Novel Baswedan Cs Ke Dewas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke